Bercerita tentang hubungan ayah dan anak perempuannya, ini artinya saya harus mengulik dan mengingat kembali tentang kehidupanku dengan ayah. Dia sebenarnya setiap hari ada dalam ceritaku.
Namun terkadang aku malas untuk menceritakannya. Bahkan bercerita dengannya saja kadang malas. Meski demikian aku banyak belajar tentang kehidupan dari ayah, dan aku juga merasa berhasil membangun jati diriku berkat ayah.
Ayah mengajarkan aku tentang akidah
Kenanganku di masa kecil tentang ayah adalah ayah sangat menyayangi dua perempuan kecilnya, aku dan kakakku. Ayah orang pertama yang mengajarkan kita tentang akidah (keyakinan tentang Tuhan) dan cara membaca Al-Qur'an.
Aku masih ingat, saat itu usiaku masih sekitar 4-5 tahun, dan kakakku 6-7 tahun. Setiap selesai shalat ayah selalu menceramahi kita terutama tentang keyakinan kita kepada Allah.
Aku tidak ingat apa ceramah ayah saat itu. Tapi aku masih ingat saat itu aku bertanya kepada ayah, "Ayah, aku belum hafal doa al fatihah, kalau shalat aku bilang, Allah aku cinta padamu. Shalatnya di terima tidak?" dan aku lupa jawaban ayah seperti apa.
Aku juga ingat saat aku makan, ayah menyuruh kami untuk menghabiskan makanan kami agar tidak dimarahi Allah. Lalu aku pernah bertanya kepada ayah, "Ayah, Allah makannya bagaimana?".
Karena bimbingan ayah juga aku memiliki pengalaman dua kali mengikuti lomba baca Al Qur'an, dan mengambil jurusan pendidikan agama Islam ketika kuliah. Karena ayah juga setidaknya hingga saat ini aku masih mempercayai bahwa Allahlah tempat meminta segala sesuatu.
Itulah memori masa kecil yang kuingat dengan ayah, hingga pada akhirnya saat ini ayah masih membersamaiku, melihat perjuangan hidupku, dan memotivasiku.
Aku takut dengan ayah, jadi aku harus menunjukkan yang terbaik
Ketika aku dan kakakku berada di sekolah dasar, ayah menuntut kami untuk berprestasi di sekolah. Itu sebabnya setiap pulang sekolah aku selalu mengerjakan pekerjaan rumah (pr), dan ketika belajar malam ayah akan mengoreksi pr ku.