Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyikapi Korban dan Pelaku Bullying

4 Maret 2020   23:51 Diperbarui: 4 Maret 2020   23:56 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, cyberbullying seperti memberikan komentar kasar, mengancam, hingga menyakiti dengan kata-kata yang ditulis di media sosial.

Pelaku bullying biasanya memiliki karakter yang agresif, memiliki konsep positif tentang kekerasan, impulsif, sulit berempati, sering berbuat onar, ingin populer, pendendam, dan menguasai kehidupan berkelompok. Sedangkan korban biasanya seorang yang pendiam, pemalu, cenderung menarik diri, terlihat berbeda (seperti anak berkebutuhan khusus, dianggap miskin, berbadan kecil, dianggap bodoh, dan lain-lain).

Banyak para pelaku bullying yang tidak menyadari bahwa tindakannya itu merupakan bullying, menyakiti, bahkan berdampak sangat serius. Mereka menganggap bahwa apa yang mereka lakukan itu keren dan beralasan bahwa mereka hanya bercanda, tidak serius. 

Orangtua dan guru pun menganggap "biasa anak kecil, udah maaf-maafan aja". Padahal tindak bullying dapat berdampak serius kepada korban bullying seperti mengalami kecemasan berlebihan ketika akan berangkat sekolah, merasa tidak berharga, tidak nyaman dengan lingkungan sekolah, merasa terasingkan, depresi, hingga bunuh diri.

Bu Indah Laras, sebagai salah satu aktivis yang mengkampanyekan anti bullying melalui Klik Squad, pernah menceritakan ada siswa kelas 3 SD yang menjadi korban bullying teman-temannya. 

Anak itu merasa perasaannya hancur, bahkan ia mengatakan, "bu, aku ingin mati aja." Bayangkan, anak kelas 3 SD sudah berpikir ingin mati saja daripada terus-terusan di bully teman-temannya.

Bahkan kasus anak SD di bully dan akhirnya bunuh diri ini pun benar-benar terjadi. Ingat kasus salah seorang siswa SD yang mendapatkan sepeda dari Pak Jokowi, anak tersebut termasuk anak pintar. 

Tetapi karena ia dibully oleh teman-temannya sebagai anak nara pidana, dimana ayahnya dipenjara karena membunuh ibunya, anak tersebut gantung diri.

Mereka, pelaku dan korban, juga memiliki masa depan. Orangtua dan guru tidak bisa menganggap ini adalah hal biasa. Para pelaku harus diubah menjadi lebih baik. Korban juga harus dibantu untuk tidak mengalami trauma dan tidak muncul sikap dendam. Maka peran orangtua dan guru penting dalam menangani kasus bullying.

Sekolah dalam Menangani Kasus Bullying

Ketika terjadi bullying, biasanya orangtua akan menyalahkan sekolah seperti sekolah tidak bisa mendidik dengan benar, sekolah tidak bisa menjadi tempat yang aman untuk anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun