Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Banyak Bertanya dan Bicara Ketika Menghadapi Situasi Ini

22 November 2019   16:43 Diperbarui: 22 November 2019   16:55 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://ponpesukhuwwahislamiyyah.com

Seorang nenek meninggal karena petugas ambulance terlalu banyak bertanya pada cucunya yang difabel. 

Begitulah berita dari bbc news yang saya baca di laman media elektronik pada 7 Oktober 2019. Karena saya lupa judulnya, maka sulit sekali menemukan kembali berita tersebut di https://www.bbc.co.uk/news. Begini singkat cerita kejadian tersebut.

Seorang nenek yang sesak nafas tiba-tiba tak sadarkan diri. Ia hanya tinggal bersama cucunya yang penyandang disabilitas. Cucunya tersebut menelpon petugas ambulance, tetapi saat menelpon, petugas tersebut malah mencecar banyak pertanyaan seperti: kenapa bisa pingsan? kejadiannya bagaimana? apakah disana tidak ada orang selain dirinya? dan lain-lain. Tentu cucu nenek tersebut semakin frustasi dengan pertanyaan yang seharusnya tidak perlu ditanyakan di saat semacam itu. Sehingga akibatnya, ketika mobil ambulance tersebut datang, nenek tersebut sudah tidak dapat ditolong.

Tidak menanyakan hal-hal yang tidak perlu disaat kondisi kritis adalah suatu kewajiban, karena kenyataannya bisa membahayakan nyawa seseorang. Kejadian semacam itu tidak hanya sekali dua kali terjadi di satu negara saja, tapi di berbagai negara dan kerap terjadi. Di negara +62 sendiri, keinginan untuk mengetahui hal-hal yang seharusnya tidak perlu diketahui, atau tidak wajib diketahui, yang selanjutnya sering disebut kepo, sudah menjadi suatu kebiasaan bahkan bisa masuk dalam rangka budaya.

Pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan itu kerap terjadi bukan hanya di kalangan rakyat bawah, contoh bapak-bapak yang hobbi kongkow-kongkow di hik sambil menggosipkan anak si a, b, c, d, atau atau ibu-ibu arisan yang hobbi bergosip. Tetapi juga terjadi dikalangan kaum terdidik seperti dosen, misalnya.

Saya kerap sekali mendengar seorang dosen yang bertanya kepada alumni mahasiswa, "kapan nikah mbak?" "sudah ada yang mendekati belum?" "sudah punya anak mbak?" Meski saya tau dosen itu hanya basa-basi, tapi ini sesungguhnya tidak perlu ditanyakan. Bisa jadi pertanyaan ini malah membuat yang ditanya frustasi akibat kekepoan seseorang yang ingin sekali tahu kehidupannya. Makanya dikalangan artis sekarang ini marak pernikahan diam-diam tanpa sepengetahuan media, ya mungkin salah satu sebabnya karena kekepoan para netizen, belum lagi para fans yang tidak setuju, lalu melahirkan hujatan-hujatan tak berkelas yang sebenarnya tidak penting untuk ditanggapi. Hidup gue ya hidup gue, hidup lo ya hidup lo, ngapain lo ikut campur hidup gue. Demikianlah yang seharusnya terjadi.

Sully, artis Korea telah menjadi korban dalam hal ini. Dimana ia begitu tertekan karena nyinyiran netizen yang tidak setuju dengan sikap dia, yang tidak setuju dia berpacaran dengan pacarnya, yang tidak setuju dengan cara dia berpakaian, dan ketidaksetujuan lainnya.

Baca: 5 Hal Privasi dalam Kehidupan

***

Kasus lain tentang jangan banyak bertanya, pernah dituliskan oleh salah seorang kompasianer, yang saya lupa siapa dan apa judul artikelnya. Inti ceritanya adalah, ada salah seorang temannya yang meninggal dunia, sebut saja si A, kemudian seorang temannya yang bernama B, bertanya di sebuah grup, "mati kenapa?" kompasianer ini pun langsung geram dengan pertanyaan si B tersebut. Setelah diselidiki, ternyata si B ini tidak hanya bertanya di satu grup, tetapi dibanyak grup yang juga mengabarkan kepergian si A tersebut. Semakin geramlah kompasianer tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun