Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Hal Privasi Dalam Kehidupan

15 Oktober 2019   10:00 Diperbarui: 15 Oktober 2019   13:24 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com

Kasus financial ini pernah saya alami, contohnya. Saat tetangga saya, yang bekerja di pabrik tiba-tiba datang ke saya mau meminjam uang, dan saat itu posisi saya masih kuliah, sekaligus nyambi di kampus, dia menanyakan gaji saya di kampus. 

Padahal dia sudah berumah tangga, sudah mempunyai anak yang bersekolah SMP. Tak hanya dia, bahkan teman saya yang bekerja sebagai guru, juga menanyakan hal yang sama, dibayar berapa.

Kasus selanjutnya, dialami kakak saya yang bekerja sebagai content editor di perusahaan. Dia sering ditanya sama temannya yang sarjana, gajinya berapa.

Kasus lain, dialami oleh Alexander Thian seorang photographer, content creator, dan storygrapher menulis di highlight instagramnya dengan judul "manners!". Ia memposting pertanyaan seorang followers yang berkomentar, "gajinya berapa, kok jalan-jalan terus".

Pertanyaan seputar gaji adalah pertanyaan yang tidak sopan. Karena gaji adalah hal privasi. Rejeki yang diberikan Tuhan kepada kita, bahkan tanpa kita memintanya. Lalu, kenapa kita harus menanyakan atau mengomentari gaji orang hanya untuk membanding-bandingkannya dengan kita?

Terkait Keluarga

Kakak saya bercerita sekaligus berbagi pelajaran kepada saya tentang hal privasi berkaitan dengan keluarga. Kakak saya memiliki seorang teman sebut saja A. Ayahnya A sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu. Kemudian ada teman kakak saya bernama B bertanya kepada A. 

"Bapak kamu kan sudah meninggal terus siapa yang mencari uang? Apa cukup hanya dengan gaji kamu di perusahaan ini?"

 Orang yang lemah mentalnya bisa frustasi gara-gara pertanyaan ini. Ia bisa mengalami ketakutan akan masa depan, atau ketakutan pada kegagalan (atychiphobia). Bahkan bisa juga ia jadi mengambinghitamkan orangtuanya  seperti yang ditulis oleh Bambang Suwarno dalam laman kompasiana.com. 

Hal privasi terkait keluarga juga bisa berkaitan dengan hubungan dalam berumah tangga. Seperti memposting kemesraan dengan pasangan yang berlebihan, ini juga berdampak tidak sehat bagi orang lain. 

Mungkin kita berniat pamer, tetapi kita tidak tau bahwa followers kita bisa jadi rumah tangganya sedang tidak baik sehingga dia semakin frustasi melihat rumah tangga orang lain yang baik-baik saja. Menimbulkan kecemburuan yang tak berdasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun