Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Etenesh Diro, Tetap Berlari hingga Garis Finish

28 Juni 2020   21:53 Diperbarui: 28 Juni 2020   21:54 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Etenesh Diro berlari dengan satu kaki tanpa sepatu di Olimpiade Rio 2016 (sumber: ftw.usatoday.com)

Lintasan lari masih panjang, posisinya telah tertinggal dari pelari lainnya, namun Etenesh Diro tetap berlari menahan rasa sakit di kaki kanannya. Tak sekali pun dia berpikir untuk berhenti.

Bukan Masalah Menang-Kalah

Bertanding bukan masalah menang atau kalah. Apa yang dilakukan Etenesh Diro adalah sebuah teladan semangat juang untuk tidak menyerah pada diri sendiri, pada keadaan, pada masalah dan pada ketiadaan. Tidak akan menyerah pada kesulitan, sebab rintangan memang selalu ada.

Berlari dengan kaki kanan tanpa alas kaki di lintasan yang panas dan keras tentu membuat Etenesh Diro merasakan tidak nyaman. Dan pasti mempengaruhi kecepatannya dalam berlari. Pemain lain mungkin saja akan memilih berhenti, sebab sangat logis untuk berhenti dalam situasi seperti itu. Namun tidak dengan Etenesh Diro.

Dia tetap berlari, menahan rasa sakit dan menyelesaikan pertandingan hingga mencapai garis akhir. Etenesh Diro hanya finish di urutan ke tujuh, namun itu ternyata cukup untuk menghantarkannya untuk lolos ke putaran final.

Tanpa Perjuangan Tak Ada Mahkota

Apa yang akan terjadi jika Etenesh Diro memutuskan berhenti dari pertandingan saat itu? Bisa ditebak. Etenesh Diro hanya akan diingat sebagai pelari yang mundur dari pertandingan, tanpa memperoleh apa-apa.

Semangat juangnya menolak untuk berhenti. Impian kemenangan ada di depan dan harus ditaklukkan. Seorang pelari pantang berhenti sebelum mencapai garis finish. Etenesh Diro memang merasakan sakit, namun tidak mengasihani diri.

Kesempatan bertanding di Olimpiade tidak selalu datang. Belum tentu di kesempatan berikutnya Etenesh Diro masih mempunyai kesempatan. Maka jika kesempatan itu ada saat ini, maka sekaranglah waktu baginya.

Etenesh Diro disambut tepuk tangan riuh saat memasuki garis finish. Dia hanya duduk menahan rasa sakit di telapak kaki kanannya. Namun dia telah mengalahkan permasalahannya. Dia telah menaklukkan ketidakmampuan berlari dalam situasi hanya menggunakan satu sepatu. Dia tidak menyerah dan tidak menyalahkan keadaan.

Etenesh Diro memang tidak menjadi pelari pertama yang memasuki garis finish, walau mungkin saja ia bisa jadi yang pertama jika insiden ini tidak menghambatnya. Namun pemenang tidak melulu soal siapa yang duluan sampai di garis fnish, namun siapa yang dapat mengalahkan segala hambatan untuk bisa mencapai garis finish.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun