Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

"Mana Cukup?", Awal Mula Niat Korupsi dalam Pekerjaan

27 Juni 2020   11:58 Diperbarui: 28 Juni 2020   03:00 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gaji yang sedikit (THINKSTOCKS/FITRIYANTOANDI via ekonomi.kompas.com)

Menghitung Uang (sumber: tradeexchange.ae)
Menghitung Uang (sumber: tradeexchange.ae)
Setelah hampir dua tahun barulah kami menerima gaji full. Berbagai tunjangan mulai dihitung dan penghasilan tiap orang menjadi bertambah. 

Penghasilan Bas meningkat tajam sebab tunjangan anak dan istri serta berbagai tunjangan lainnya sudah memenuhi daftar gaji. Namun istri Bas tetap menerapkan gaya hidup sesuai gaji suami. Maka jumlah gaji itu tetap mencukupi. Sementara Johan tetap merasa kekurangan.

Berhemat, Bukan Pelit
Bedakan berhemat dengan pelit. Berhemat berarti mengeluarkan uang dengan perhitungan yang tepat, sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia. Pelit justru tidak mau mengeluarkan uang bahkan pada hal-hal yang sifatnya penting.

Hemat adalah kebijaksanaan dalam pengelolaan uang. Sementara pelit adalah keengganan mengeluarkan uang termasuk bagi kebutuhannya sendiri. 

Orang pelit cenderung menerapkan gaya hidup memanfaatkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya, suka memanfaatkan peluang makan gratis dan selalu minta ditraktir walaupun punya uang.

Saya mengenal seorang ibu rumah tangga di sekitar kediaman saya sebagai orang yang sangat hemat. Padahal suaminya mempunyai penghasilan yang besar, namun tak serta merta membuatnya boros dalam membelanjakan uang. Selalu belanja dengan hati-hati memilih barang, mengutamakan yang baik dan harga lebih murah. Memasak dengan jumlah secukupnya. Menggunakan alat-alat rumah tangga seefisien mungkin. 

Tidak masalah membeli barang yang sedikit lebih mahal namun lebih awet dari pada tiap bulan beli baru. Selalu menahan diri membeli sesuatu yang keperluannya kurang mendesak, tidak mau tergoda diskon barang-barang yang belum menjadi kebutuhan. Kecuali sudah butuh, diupayakan cari yang ada diskonnya. 

Berpakaian sederhana dan tidak harus selalu update mode pakaian. Menghindari perkumpulan sosialita meski ia sanggup untuk itu. Sesekali mengundang kami makan di rumahnya dengan memasak masakan sederhana dan jumlah yang tidak berlebihan.

Gaya Hidup dan Korupsi
Kebutuhan hidup memang terus akan meningkat, tapi bisa dikendalikan. Ada kebutuhan yang memang tak bisa kita hindari, misalnya pendidikan, akan terus mengalami peningkatan. Namun kebutuhan lain tidak harus meningkat.

Gaya hidup menjadi kunci utama apakah penghasilan kita akan cukup atau tidak. Saya teringat pada satu petuah, "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah". Sebuah petuah sederhana memang yang saya coba renungkan. Apa yang membuat kita bisa menikmati hidup dalam keterbatasan keuangan adalah "Cukuplah". 

Belajar mencukupkan semua kebutuhan. Bukan artinya mengabaikan kebutuhan kita yang mendasar, namun untuk hal lain yang kurang mendasar, belajarlah untuk berkata "cukup".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun