Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mengenal Pohul-pohul Makanan Tradisional Khas Batak

3 Juni 2020   13:47 Diperbarui: 4 Juni 2020   20:04 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohul-pohul makanan khas suku Batak (Sumber : cookpad.com)

Indonesia negara yang kaya akan jenis kuliner tradisional. Beragamnya kebudayaan, suku, kondisi geografis dan sumber daya alam menjadikan Indonesia punya banyak kuliner yang memanjakan lidah. Kuliner di Indonesia juga tak lepas dengan adat-istiadat setempat. Tak mengherankan setiap kuliner di Indonesia mempunyai makna tersendiri.

Sumatera Utara, dengan salah satu etnisnya suku Batak juga mempunyai beberapa kuliner khas, salah satunya adalah Pohul-pohul. Makanan ini memang bukan makanan pokok masyarakat, namun salah satu makanan yang sering disajikan dalam berbagai kegiatan.

Makanan ini biasanya dijajakan ibu-ibu pengrajin di dalam dandang yang dijunjung dan dijajakan berkeliling kampung. Makanan ini disajikan saat hangat, jadi pengrajin harus segera menjajakannya sebelum dingin. Iklim tanah Batak, khususnya wilayah Danau Toba yang berbukit-bukit cenderung dingin terutama di pagi hari membutuhkan penganan yang mampu menghangatkan badan. Pohul-pohul menjadi solusinya.

Pohul-pohul biasanya disantap dengan bersama teh atau kopi hangat sebelum masyarakat memulai aktivitas. Masyarakat Batak di tepian Danau Toba umumnya berprofesi sebagai petani, sering menjadikan makanan ini sebagai pengganti sarapan pagi.

Makanan ini mengandung karbohidrat karena terbuat dari tepung beras, sehingga cukup untuk memberi kalori yang dibutuhkan badan untuk beraktivitas hingga siang. Rasa manis dari gula aren dan gurihnya kelapa parut menyatu memberi rasa nikmat yang pecah di mulut.

Membuat Pohul-pohul
Bahan untuk membuat pohul-pohul sangat sederhana. Tepung beras, gula aren yang dicincang halus, kelapa parut dan sedikit air. Orang Batak biasanya lebih memilih tepung yang dibuat sendiri dengan menumbuk beras dan diayak karena rasanya lebih enak ketimbang tepung beras produksi pabrik.

Cara pembuatannya sangat mudah, tepung beras dicampurkan dengan kelapa yang diparut, diaduk-aduk dengan tangan hingga tercampur merata. Kemudian gula aren yang sudah dihaluskan dicampurkan hingga merata, percikkan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk-aduk hingga permukaannya sedikit lembab.

Hati-hati menambahkan air jangan sampai terlalu lembab karena akan mempengaruhi tekstur Pohul-pohul saat dimasak.

Cobalah mengepalkan campuran tepung, jika sudah tidak pecah lagi berarti sudah dapat dibentuk. Mulai membentuk pohul-pohul dengan mengambil campuran tepung secukupnya dengan tangan kanan, dengan ibu jari berada di atas jari telunjuk saat mengepal, bukan di atas jadi tengan dan jari manis. Ini akan membuat bekas jari tetap berjumlah lima.

Jika sudah dibentuk, pohul-pohul siap dikukus. Tutup dandang biasanya dilapisi kain agar uap air tidak menetes ke pohul-pohul. Pohul-pohul yang telalu basah akan sedikit lengket dan lapisan luarnya akan menjadi seperti bubur. Pohul-pohul yang bagus, teksturnya tidak tidak meleleh, hanya terdapat bagian luar yang menyatu sementara bagian dalamnya merekat oleh gula aren.

Saat ini banyak yang memodifikasi pohul-pohul dengan berbagai cara, ada yang menambahkan tepung ketan adar tekturnya lebih lengket, ada juga yang meletakkan gulanya di bagian tengah sehingga pecah saat digigit.

Setelah matang, pohul-pohul dapat disajikan saat panas, namun bagi yang menyukainya saat dingin dapat menunggu dingin terlebih dahulu. Pohul-pohul biasanya disajikan bersama kopi atau teh panas, atau dapat juga dengan minuman jahe panas.

Makna Filosofis Pohul-pohul
Pohul-pohul sendiri berasal dari kata pohul yang dalam bahasa Batak artinya meremas, dalam hal ini meremas sesuatu yang halus, bercerai-berai hingga dapat menyatu, misalnya meremas nasi, pasir basah, lumpur atau sesuatu yang bentuknya akan menyatu setelah diremas.

Dikutip dari laman solup.blogspot.com, pohul-pohul mempunya makna tersendiri.

Membuat pohul-pohul dimulai dengan meremas kuat-kuat hingga menyatu, menganduk pemaknaan bahwa meskipun kita merasa tertekan, sakit, terjepit, kesusahan kita harus tetap bersatu. Situasi apa pun tidak selayaknya membuata keluarga bercerai-berai. Ini manjadi salah satu pegangan orang Batak, untuk selalu menjaga persatuan keluarga.

Pohul-pohul memiliki bekas 5 jari yang digunakan saat menekan, megandung pemaknaan kelima waktu dalam falsafah batak, yaitu: Manogot (subuh), Pangului (Pembuka hari, pagi), Hot Ari (tengah hari), Guling Ari (sore jelang malam) dan Bot Ari (tengah malam).

Kelima bekas jari pada pohul-pohul juga menjadi perwakilan kelima indera manusia: Parnidaan (penglihatan), Parbinegean (pendengaran), Parnianggoan (penciuman), Pandaian (Pengecap) dan Pangkilalaan (Perasa/peraba). Ini menekankan pada harapan bahwa sesudah menikmati pohul-pohul, kiranya orang yang menikmatinya dapat menggunakan kelima inderanya untuk kebaikan.

Kelima indera digunakan dalam sepanjang hari (kelima waktu) untuk menjaga kesatuan keluarga, yang dinyatakan dengan pernyataan sikap:

  • Menyapa dengan ramah, berbicara yang baik dan jangan pernah berdusta
  • Tanggap mendengar siapa pun yang membutuhkan, selalu peduli pada orang lain
  • Menjaga nama tetap harum
  • Menghargai makanan, suka berbagi
  • Menjaga perasaan orang lain

Saat saya kecil, saya penah bertanya kepada orang tua saya kenapa pohul-pohul harus dipohul (diremas)? Orangtua saya menjawab, supaya kalian menjadi orang yang kuat, bersatu dan rezekimu melekat tidak tercerai-berai.

Sejak saat itu saya sering meminta orang tua saya mem-pohul nasi saya sebelum makan. Dan saat memakannya saya akan ingat maknanya bagi saya.

Sekarang sudah sulit mencari pohul-pohul, bahkan di kampung sekali pun sudah jarang ditemukan pengrajin pohul-pohul. Apalagi bagi kita yang tinggal di perantauan.

Sesekali saat rindu datang, membuat menjadi solusi, walau hanya menggunakan tepung beras dan rasanya tak seenak buatan pengrajin, namun sekedar mengobati rindu tak mengapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun