Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merpati Patah

16 Oktober 2016   16:30 Diperbarui: 16 Oktober 2016   16:34 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pinjami aku uang!" kata Feli pada Santi sahabatnya. Santi menatap Feli seakan tak percaya, seorang Feli meminjam uang? Sejak kapan Feli kekurangan uang? Mereka berempat dengan Siane dan Rinta bersahabat dekat, dan Feli adalah perempuan hebat yang berhasil keluar dari krisis hidupnya, menjelma menjadi pengusaha salon yang cukup besar di kota Solo. Bahkan dialah yang selama bertahun-tahun membantu kami sahabatnya dari segi keuangan.

Siane yang membuka warung kelontong dan Rinta mendapat modal awal darinya. Sedang Santi, sejak berpisah dengan suaminya memilih bertani dan beternak sapi di Tawangmangu, kota kecil di timur kita Solo. Jarak yang memisahkan mereka berempat tidak berpengaruh pada persahabatan mereka. Sesekali mereka berkunjung menginap di rumah Santi begitupun sebaliknya. Hanya setahun yang lalu saat Feli mulai menggunakan sosmed, Feli mulai berubah. 

Awalnya Santi tidak berprasangka buruk pada Feli, sekalipun dia mendengar gosip yang kurang sedap tentang Feli. Bertiga kadang mereka menyindir Feli dan menasehatinya agar ingat pada rumah tangganya. Tapi lagi-lagi nasehat mereka tidak diindahkan, apalagi sejak menjalin hubungan dengan Sonny, Feli semakin  menjadi-jadi. Bahkan berani menggandeng Sonny di acara-acara komunitas budaya yang mereka ikuti. Puncaknya empat bulan yang lalu Feli mendelcon kontak sahabatnya satu persatu, hanya karena mereka menegur dengan keras perbuatan Feli. 

Dan hari ini, tiba-tiba Feli menemui Santi di sawah, dengan keadaan yang sangat menyedihkan. Raut mukanya tidak mencerminkan kalau dia pengusaha salon, sangat dekil dan terlihat jauh lebih tua. Badannya semakin kurus dan kulitnya kusam. Yang paling mengherankan Feli meminjam uang hanya sekedar untuk membayar sewa kamar yang hanya sebesar tiga ratus ribu. Apa yang sebenarnya terjadi? 

"Bukan aku nggak mau meminjami Fel, tapi nggak salah lo pinjem duit ke gue?" kata Santi sambil memegang tangan Feli. "Lo kemana aja selama ini? Trus tabungan lo? Usaha lo? Sonny?" cecar Santi. 

"Panjang ceritanya San! Aku malu pada kalian, semua yang kalian katakan benar adanya. Sonny mengajakku kabur meninggalkan anak dan suamiku, demi dia aku mengorbankan dan mempertaruhkan harga diriku. Tapi seteah semua yang aku miliki habis, dia meninggalkan aku. Plis, jangan suruh aku kembali ke suamiku, aku sudah tidak punya muka bertemu dengannya. Jadi hanya kami harapanku satu -satunya, Siane dan Rinta justru memakiku saat aku memohon padanya. Tolonglah aku San! Pliss!" Feli mengatakan isi hatinya seraya sesekali mengusap sudut matanya yang membasah.

Sekali lagi Santi menatap lekat-lekat wajah Feli sebelum akhirnya menarik amplop coklat yang sedianya akan dibayarkan pada koperasi pupuk di desanya. "Bertobatlah Fel! Kembali dan minta ampunlah pada suami dan anakmu. Aku yakin mereka masih menyayangimu!" kata Santi sebelum mengakhiri pertemuan mereka.

 

#poeds 161016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun