Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[EMPSK]Pintaku, Aksitha Cita

17 Mei 2019   17:29 Diperbarui: 17 Mei 2019   19:54 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar https://iheartdaily.com/ 

Hanya kita, Kak. Tertinggal dalam ruang bernama puisi. Termangu menatap dua dunia, pagi dan senja. Mencoba pahami makna dari arti rindu dalam kubang luka;  tak terkatakan.

Sampai waktu mengabarkan waktu terbit mentari. Dan wujud basah embun di atas rapuh kelopak mawar mulai menjauh .

Tinggal kita, Kak. Terbentuk dari tawa dan tangis tanpa pura-pura.
Seperti hujan yang pasti datang setelah mendung. Berharap pada datang pelangi; sebatas mimpi.

Sampai sarayu membisik renjana akan filantropi yang memilih pergi. Akankah kembali?

Tinggal kita, Kak. Berbincang dengan sepi kala lebah berdengung penuhi ceruk yang disebut gelisah. Memintal gelebah menjadi selendang dan menyematnya sebagai kenang.

Tinggal kita, Kak. Dan aku takut menghadapi pekat malam, tanpamu.

Jangan pergi, kumohon...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun