Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cintak Tak Pernah Salah

16 Mei 2019   16:46 Diperbarui: 16 Mei 2019   17:13 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/veryhappilyzen

Aku tahu rasa ini salah. Jatuh cinta padamu, sedang kau adalah istri sahabatku. Namun sejak kapan rasa cinta dapat ditahan, Len?

Berawal dari pesan suamimu, sebelum dia menebus salah dalam penjara yang beku.

"Brodin, jagalah Marlena! Jangan biarkan dia kekurangan suatu apapun!" pesan Cak Sakera padaku malam itu.

Aku hanya menjalankan amanah. Namun siapa tahan dengan pesona yang kau tunjukkan? Saat kau melangkah, pinggulmu bergoyang seperti sarang tawon yang tergantung di ujung pohon randu.

Palingkan sejenak wajahmu ke arahku, wahai manisku. Agar aku dapat melihat  barisan putih serupa kawanan domba pada gigimu. Ingin sekali membelai panjang rambutmu.

"Kopinya, Cak!"

Sapamu setiap pagi menambah debar dalam dada.

Ah, Len! Seandainya aku boleh melumat madu yang menetes dari celah bibirmu. Berbaring pada rekah di tengah dadamu. Namun bayang Cak Sakera terus menghantui malam-malamku.

Datanglah padaku, manisku. Puaskan segala rasa yang ingin tertandas bersama.  Aku sudah menaburkan bunga-bunga di atas ranjang sebagai alas bercinta nanti malam.

Abaikan sejenak lelakimu, kita puaskan hasrat yang tercetak nyata di bening matamu. Ini malam kita, Sayang.

 Hanya kita!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun