Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kabut di Perkebunan Teh (3)

27 Agustus 2017   05:51 Diperbarui: 27 Agustus 2017   12:31 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tapi bukan berarti aku yang membunuhnya, Mbah!" sergah Samsul.

"Mbak Suci selalu datang padaku, menangis dan menunjukkan luka di perutnya yang lebar. Setiap Kamis Legi malam Jumat Pahing. Tepat saat kamu membunuhnya!" jawab mbah Sugi dingin.

Tiba-tiba Yuli datang, setengah berlari dan menampar Samsul dengan keras.

" Berhenti membela diri! Aku tahu bagaimana caramu membunuh gadis itu! Dasar lelaki bejad! Pantas saja dia minta aku menolongnya atau aku akan jadi korban berikutnya!"

Samsul tertunduk, tangannya bergetar dan dia mulai mengakui perbuatannya dengan alasan marah karena terus didesak untuk menikahi Suci padahal setahunya Suci tidak hanya tidur dengannya.

***

Sore hari, langit tampak memerah. Mbah Sugi menyiapkan teh untuk Yuli yang akan menginap beberapa hari di rumahnya untuk menenangkan diri. Tadi, saat pemakaman Suci dengan layak, dia dan Yuli sama-sama melihat Suci duduk di kijing, dua puluh meter dari makam yang disediakan untuknya. Suci tampak tersenyum, cantik sekali dengan daster bermotif bunga-bunga kecil yang lusuh. Mulutnya menghumamkan terima kasih pada perempuan-perempuan yang menyempurnakan kematiannya.

#poeds

wowxwow.com
wowxwow.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun