Di Indonesia, ketertarikan buku fisik sendiri masih banyak peminatnya. Menurut IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) melalui Tirto Id, penjualan e-book hanya sekitar 2% pada tahun 2015. Padahal, para penerbit telah menerbitkan 20% e-book dari total produksinya. Alasannya simpel, yaitu kenyamanan. Â Namun bagi saya, kehadiran e-book tak serta merta membuat saya beralih ke buku digital.Â
Pertama, buku mampu membuat saya fokus kesuatu bacaan. Kedua, saya bisa mencoret-coret buku atau membuat catatan kecil dibuku tersebut. Ketiga, saya bisa membaca lagi di kemudian hari.Â
Sebenarnya alasan tersebut bisa dikondisikan melalui HP ataupun laptop yang saya punya. Sehingga tidak ada alasan untuk beralih ke e-book. Namun alasan kebiasaan untuk berburu buku ke toko buku tidak bisa saya ubah.Â
Alasan yang cukup simpel, yaitu selain mencari buku incaran, saya akan keliling untuk melihat-lihat buku yang nantinya akan saya beli.Â
Hal itulah yang menjadi alasan saya lebih memilih buku fisik. Namun bukan berarti saya tidak membaca e-book.Â
Terkadang saat saya ingin mencari bahan bacaan, saya mencari bahan melalui internet. Hal ini juga memudahkan saya dalam mencari informasi. Harga e-book sendiri sebenarnya relatif murah dan tak jauh berbeda dengan buku fisik.Â
Namun kelemahan e-book sendiri banyak yang beredar bajakan. Walaupun buku fisik juga banyak yang bajakan, e-book bajakan justru isinya tidak lengkap sejauh yang saya temui. Walaupun saya pernah membaca buku fisik dan e-book bajakan, saya menyarankan untuk tidak menyarankan buku bajakan.Â
Baca juga: Plagiarisme, Cara Jitu bagi Seorang Pemalas.
Selain maraknya buku bajakan yang beredar, saya sendiri gampang kehilangan fokus saat membaca e-book melalui HP ataupun laptop.Â
Ketika sudah memegang HP atau laptop, keinginan membuka YouTube ataupun menonton film tidak bisa saya hindari. Ditambah selain membaca, saya punya hobi menonton film. Jadi godaan tersebut tak bisa saya hindari. Selain itu, kekurangan e-book yaitu bergantung pada teknologi yang dialirkan listrik.Â