Disaat kita merasakan gerah dengan pekerjaan sehari-hari, kita terbesit untuk liburan kesuatu tempat. Siapa yang tidak ingin liburan? Kebanyakan orang menjadikan liburan sebagai tempat pelampiasan atas hirup pikuk saat bekerja.Â
Ketika sudah memilih untuk libur, orang akan mencanangkan seperti apa liburan yang akan dipilih. Mal, gunung, pantai, dan tempat-tempat lain yang membuat kita sangat nyaman.Â
Bagi saya, berwisata alam dan tempat-tempat yang bersejarah merupakan sebuah kesenangan tersendiri. Selain menenangkan batin, saya bisa menyegarkan otak disaat merasa jenuh. Kalau saya, tempat yang paling berkesan adalah Danau Toba.Â
Di setiap daerah, kita bisa menemukan ciri khas daerah agar bisa dikenal oleh orang banyak. Bahkan tempat-tempat di Indonesia sudah terkenal di manca negara. Itulah kenapa saya punya cita-cita untuk keliling Indonesia untuk menggambarkan ciri khas daerah-daerah di Indonesia.Â
Tapi pernahkah teman-teman mendengar istilah Malang rasa Bali? Atau istilah Sumatra rasa Jogja? Atau istilah lain yang serupa.Â
Istilah tersebut banyak dilontarkan orang banyak saat liburan. Kita kerap mendengarkan perkataan orang dalam menyamakan suatu daerah dengan daerah lain.Â
Ketika saya mendengarkan hal itu, saya berpikir ya wajar karena daerah-daerah tersebut masih satu negara. Tapi bayangkan suatu daerah di Indonesia disamakan dengan negara lain?Â
Saya pernah berkunjung kebeberapa daerah lain. Salah satunya di Kalimantan Timur, khususnya di Pulau Kumala, Tenggarong. Selain kita bisa mengagumi alam, kita bisa belajar sejarah Kerajaan Kutai. Namun berbeda saat kita berada berada di Yogyakarta.Â
Di Yogyakarta, kita bisa datang ke Malioboro dan beberapa Museum didekatnya yang menggambarkan masyarakat Keraton Jogja. Beda lagi saat kita ke Malang. Kita bisa berwisata ke Gunung Bromo atau Semeru. Itu hanya sebagian kecil daerah-daerah di Indonesia.Â
Pada dasarnya, pemerintah daerah sudah memaksimalkan potensi-potensi daerah yang ada. Tergantung kita mau memilih yang mana. Ada wisata alam dan ada wisata sejarah. Belum lagi pusat perbelanjaan di kota-kota besar saat ini sudah sangat banyak.Â
Sembari disaat kita liburan ke daerah-daerah tersebut, kita sendiri sudah mengembangkan destinasi tempat tempat tersebut secara tidak langsung. Bagaimana tidak, perekonomian disana juga bisa berkembang, terlepas dari pandemi yang terjadi saat ini.Â
Ada istilah daerah A rasa daerah B tersebut cukup mengganggu bagi saya. Hal itu cukup mengganggu bagi saya karena daerah-daerah tersebut adalah sebuah tempat yang berbeda.Â
Mungkin sebagian orang mengatakan sangat lebay memperkarakan hal tersebut. Iya wajar saja, karena kita masih berada di negara yang sama. Tetapi, kehidupan sosial disetiap daerah itu berbeda. Apalagi jika kita membandingkan Indonesia dengan negara lain.Â
Jika para pegiat daerah atau orang yang mengembangkan daerah tersebut mendengar hal itu, mungkin mereka tidak akan protes secara langsung. Tapi mungkin mereka akan berpikir kenapa daerah saya dibandingkan dengan daerah lain?Â
Bagi saya, hal-hal tersebut kurang etis bagi saya. Mungkin kita tidak memikirkan betapa sulitnya mengembangkan parawisata yang mereka punya. Belum lagi jika berurusan dengan Pemerintah Daerah. Mungkin ada yang berpikir itu tugas mereka. Ya memang benar.Â
Tetapi jika kita pergi kesuatu daerah yang bukan daerah kita, kita sendiri memberikan dampak bagi mereka. Dari segi perekonomian daerah, lingkungan sosial, bahkan pendapat kita akan mempengaruhi daerah tersebut.Â
Itu yang tidak kita pikirkan saat berlibur ke daerah lain. Kita hanya memikirkan agar kita bisa senang didaerah tersebut. Namun ketika kita meninggalkan sesuatu, efek dari hal tersebut bisa bermacam-macam. Saran saya bijaklah dalam berperilaku dimana pun kita berada.Â
Sardo Sinaga
23 September 2021