Mohon tunggu...
Sardo Sinaga
Sardo Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @raja_bodat

Pecinta Sejarah dan Ilmu Budaya. Pemula. Menulis Apa Saja Yang penting Tidak Melanggar Hukum.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Idealisme dan Realistis, Dua Hal yang Berbeda namun Bisa Bersama

21 September 2021   17:11 Diperbarui: 2 Maret 2022   17:57 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diambil dari akun instagram @hmj_sosiologiuinbdg

Tulisan ini berawal dari sebuah obrolan dengan teman saya yang membahas soal Idealisme dan Realistis. Banyak orang yang mempertahankan karakter atau cara pikirnya untuk bertindak. Namun tak banyak orang yang memilih bersifat Realitis. 

Banyak orang yang mempertahankan salah satu dari kedua pemahaman tersebut. Ditambah saat ini para milenial atau generasi diatasnya terus mengumbar cara pikir tersebut. Sebenarnya tidak salah, namun banyak yang salah persepsi atas Idealisme dan Realistis. 

Idealisme memberikan doktrin bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh).

Konsep tersebut diungkapkan oleh seorang filsuf Gottfried Leibniz. Idealisme sendiri diartikan sebuah ide atau gagasan yang diterapkan dalam sebuah kehidupan yang ideal. Bahkan hal itu bisa diterapkan sebagai pedoman hidup seseorang. 

Sedangkan Realistis. Realistis merupakan sebuah pengembangan dari fakta sosial. Mengenai fakta sosial dikaji melalui seorang filsuf sosiolog bernama Emile Durkheim. 

Dalam buku Rules of Sociological Method, Durkheim menulis: "Fakta sosial adalah setiap cara berperan, adil tetap maupun tidak, yang dapat diproduksi menjadi pengaruh atau hambatan eksternal untuk seorang individu."

Diambil dari akun instagram @hmj_sosiologiuinbdg
Diambil dari akun instagram @hmj_sosiologiuinbdg

Gampangannya adalah fakta sosial terjadi apa yang terjadi diluar kita. Banyak aturan tertentu yang membentuk tindakan sosial masyarakat. Hukum, agama, bahkan ideologi membentuk cara pandang seseorang. Hal ini yang menjadi realita dalam sebuah lingkungan sosial. 

Namun saya tidak membicarakan panjang lebar tentang pemikiran-pemikiran para filsuf sosiolg tersebut. Saya akan menulis cara seseorang dalam menyikapi pemikiran Idealisme dan Realistis. 

Teman saya bercerita bahwa ia punya teman yang berasal dari lingkungan Theater. Ia merupakan ketua sekaligus pemilik organisasi Theater. Ia juga merupakan dosen disalah satu universitas negeri terbaik di Jawa Timur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun