Mohon tunggu...
Sardo Sinaga
Sardo Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @raja_bodat

Pecinta Sejarah dan Ilmu Budaya. Pemula. Menulis Apa Saja Yang penting Tidak Melanggar Hukum.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Perjalanan Game Dari Masa Ke Masa

26 September 2020   20:19 Diperbarui: 26 September 2020   20:24 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh lalesh aldarwish dari Pexels

Saat ini game menjadi salah satu pilihan dalam mengisi waktu luang. Salah satu game yang tenar saat ini adalah "Among Us". Sebelum Among Us terkenal seperti sekarang, banyak game-game tenar lebih dulu dibandingkan sekarang seperti PUBG, Clash of Clan (COC), Line Get Rich, dan masih banyak lagi. Namun penulis beranggapan bahwa game seperti Among Us bagaikan angin segar bagi penulis. Kenapa seperti itu?

Game-game seperti Free Fire, PUBG, Clash of Clan (COC), dan sebagainya memang bisa diakses gratis di Google Play Store. Namun perlu digaris bawahi bahwa banyak item-item yang dapat dibeli hanya dengan uang asli (dengan kartu kredit ataupun dengan pulsa). Hal saat ini yang banyak tidak disadari orang-tua saat ini. Banyak sekali kasus orang-tua mendapatkan tagihan kartu kredit sampai puluhan juta karena game yang dimainkan oleh anaknya. 

Namun penulis tidak membahas kasus tersebut. Seperti yang penulis bilang, banyak game yang bisa dimainkan secara gratis namun item harus dibeli dengan uang asli. Justru penulis kurang menyukai game dengan genre yang seperti ini. Game dengan sistem Pay to Win sebagai salah satu cara developer game dalam mencari uang. Ini terjadi saat penulis memainkan game Asphalt 9 yang menyelesaikan misi harus menggunakan mobil-mobil tertentu. Cara mendapatkannya ada dua cara, yaitu dengan menunggu event tertentu atau membeli mobilnya langsung dengan uang asli. Mungkin inilah dilema besar bagi para gamers. Parahnya ada banyak game seperti itu.

Foto oleh Jens Mahnke dari Pexels
Foto oleh Jens Mahnke dari Pexels
Berbeda saat era 2000-an pada saat eranya Playstation 1 dan Nintendo DS. Jika dibandingkan dengan game saat ini, grafik sangat tertinggal jauh dengan sekarang. Namun dari segi opini, jalan cerita game saat itu lebih menarik dibandingkan game era sekarang. Seperti Gran Thief Auto: San Andreas dan Harvest Moon. Pada masa Sekolah Dasar (SD), penulis sering menulis tentang alur cerita dan cheat tentang game tersebut dibeberapa buku tulis. Setelah itu penulis menyewakan buku tersebut ke teman-teman penulis. Uang hasil dari sewa buku tersebut dipakai untuk main di rental Playstasion. 

Moment itulah bagi penulis merasakan menikmati game bersama teman-teman sebaya. Pada era 2010-an munculnya Playstasion 3 yang membawa  era game semakin meningkat. Dimulai munculnya game Grand Thief Auto V dan Counter Strike Global Offsensive  yang grafik megalami peningkatan drastis. Penulis pada saat itu sangat gemar memainkan game komputer Point Blank yang saat itu lagi hits dikalangan remaja. Pada era inilah transaksi micro transaction mulai berkembang. Banyak orang-orang menghabiskan uang untuk membeli senjata favoritnya. Namun masih banyak juga game yang masih mengedepankan game dengan Story Mission seperti trilogy  Call of Duty: Modern Warfare sebagai nilai jualnya.

Pada tahun 2014 sampai sekarang letak kejayaan game-game mobile atau HP sebagai trend center seperti Clash of Clan (COC) dan Line Get Rich. Pada tahun itulah banyak developer game yang memasuki industri mobile game. Hal itu dikarenakan HP merupakan barang bisa dimiliki oleh semua kalangan. Munculnya game mobile seakan mematahkan stigma bahwa game merupakan barang mahal. Game-game tersebut merupakan sebagoan kecil dari pesatnya teknologi berkembang.

 

Jika kita melihat sejarah, game identik dengan barang mahal. Untuk memainkan game kita harus punya alatnya seperti komputer ataupun game konsol. Namun sekarang ini developer melihat game bisa masuk keranah mobile. Ditambah perkembangan HP saat ini sudah sangat canggih yang tersebar dipasaran seperti HP ROG 3, Xiaomi BLACK SHARK 3, bahkan HP dengan harga murah sekalipun. Bahkan game saat ini sudah dijadikan turnamen E-sport tersendiri bagi pencinta game. Salah satunya DOTA 2 dan Point Blank International CUP (PBIC). Sangat berbeda dengan orang-orang yang lahir pada era 80-an dan90-an yang menganggap game hanya sebagai hiburan. 

Foto oleh SCREEN POST dari Pexels
Foto oleh SCREEN POST dari Pexels
Hal ini membuat game saat ini baik dari HP ataupun konsol yang sistemnya micro transaction menjadi suatu hal yang biasa. Akibatnya, muncullah peluang yang  dapat memaksimalkan pedapatan bagi perusahaan pengembang game. Namun game merupakan sebuah hobi yang harus direalisasikan bagi para pemainnya. Keuntungan bukan saja ada bagi developer game, melainkan banyaknya atlet E-sport yang kemampuannya diakui masyarakat dunia. 

Tetapi kita tidak bisa mengesampinggkan bahwa banyak orang yang rela menghabiskan banyak uang demi game. Bahkan banyak kasus orang-tua mendapatkan tagihan yang cukup besar dikarenakan transaksi game yang dilakukan anaknya. Efek samping dari game yaitu sifat adiktif dan ego dalam memenangkan sebuah game. Hal ini yang menjadi kesulitan anak dalam yang lepas dalam bermain game sebagai salah satu fenomena sosial. Kurangnya kontrol dalam  aktivitas sang anak menjadi bumerang bagi orang-tua itu sendiri. 

Namun munculnya game Among Us yang justru meniadakan sistem micro transaction. Praktik inilah yang mengembalikan kita disaat munculnya era game-game Playstation 2. Bagi penulis game tersebut merupakan angin segar bagi penulis. Banyaknya game yang menganut sistem micro transaction yang mungkin bagi gamers ataupun live streaming sebagai bentuk kejenuhan. Namun sebenarnya masih banyak game-game seperti ini yang lebih dulu  keluar seperti Story Of Season atau The Sims City yang justru nilai nostalgia sebagai nilai jualnya.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun