Mohon tunggu...
Sarah Zhafira
Sarah Zhafira Mohon Tunggu... Jurnalis - Bismillah

Tetap semangat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memberi Jangan Sampai Menyakiti

24 Juni 2020   20:16 Diperbarui: 24 Juni 2020   21:55 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pandemi ini belum saja berakhir, virus yang menguasai hampir seluruh penjuru negeri. Tak sedikit orang memutuskan untuk menjadi relawan. Asti dan Taqy adalah salah satunya. Sejak memutuskan menjadi relawan, keduanya seringkali bertemu banyak orang dengan karakter yang berbeda.

Asti dan Taqy adalah mahasiswa dari kampus ternama di kota nya. Ia menjadi relawan setelah melihat banyaknya kasus kelaparan yang tiap hari berujung korban. Krisis ekonomi menjadikan masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk kebutuhan pangan. Miris sekali, situasi buruk yang tidak pernah tau kapan berakhir.

Tepat tanggal 1 Mei , Asti dan Taqy terjun menelusuri perkotaan sembari mencari sasaran yang hendak di tuju. Sore hari yang cerah, tepat di bawah lampu merah terlihat seorang pria dengan raut wajah kusam yang mengenakan pakaian embel-embel dan kulit yang kering membuat mereka iba kemudian menghampirinya.

Pria dengan barang bekas yang bertumpuk menjadi saksi perjuangan hidup untuk menafkahi keluarganya. Tak banyak orang sadar ataupun peduli untuk menghampirinya walau hanya sekadar mengajak berbincang. Suasana menjadi hangat setelah mereka mengajaknya berbincang dan pria itu dengan semangat menjawab setiap pertanyaan yang Asti dan Taqy lontarkan.

Keadaan menjadi hening ketika Asti mengeluarkan kupon sembako yang akan ia berikan, raut wajah pria itu berseri-seri seperti melihat ada sinar di tengah gelapnya pemikiran. Harapan yang selama ini di tunggu telah datang, kiranya ada banyak makanan yang akan ia bawa untuk keluarganya di rumah. Pria itu hendak melakukan serah terima kupon sembako dengan asti, disamping itu Taqy mengeluarkan kamera dari dalam tas nya. Pria itu dengan refleks menutup wajahnya dengan topi yang sebelumnya terpasang di kepalanya, seketika pembicaraan itu terhenti dan ia pergi meninggalkan mereka tanpa sepatah kata pun.

Asti dan Taqy terkejut saat pria itu pergi dengan wajah yang merasa terhinakan. Awal yang baik tak selalu mendapatkan respon yang baik. Asti merasa bersalah, mungkin dengan kamera yang dikeluarkan Taqy menjadi pembatas yang membuat pria itu merasa hina. Taqy memutuskan untuk mengejar pemulung itu, tapi semua sudah tak berarti. Pria itu tak mendengar apa yang telah dikatakan Taqy.

Terkadang hidup tak seperti yang kita inginkan. Roda kehidupan terus berjalan. Perasaan setiap orang harus selalu kita jaga. Niat baik seseorang mungkin terhambat oleh pemikiran dangkal kita. Bersyukur adalah jalan terbaik menjalani kehidupan. Ada satu pembelajaran yang diingat Asti dan Taqy selepas hari itu bahwa memberi jangan sampai menyakiti. Karena tak semua orang memiliki karakter yang sama, menghargai jauh lebih penting diatas segalanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun