Mohon tunggu...
Sarah Keisya Azzahra Putri
Sarah Keisya Azzahra Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kekuasaan Putin di Balik Lamanya Masa Jabatan sebagai Presiden Rusia

3 Oktober 2022   22:30 Diperbarui: 4 Oktober 2022   23:54 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir-akhir ini negara Rusia banyak menjadi perbincangan masyarakat domestik maupun internasional akibat adanya konflik invasi yang terjadi dengan Ukraina. Sejak dari kejadian tersebut semua mata tertuju pastinya kepada pemerintahan negaranya, termasuk juga Vladimir Putin sebagai Presiden Rusia. Banyak pertentangan pro kontra yang bermunculan terhadap Putin. 

Padahal sebelumnya mungkin banyak orang yang hanya sekedar pernah mendengar namanya saja, bahkan ada yang sama sekali tidak mengenal siapakah seorang Putin itu. 

Selain menjabat sebagai Presiden Rusia terlama kedua di Eropa ia juga menjadi politikus di Rusia yang sebelumnya menjadi perdana Menteri Rusia tahun 2008-2012. Bermula dari berakhirnya masa jabatan kepresidenan Alexander Lukashenko pada 7 Mei 2012, Putin selanjutnya secara resmi menjadi penggantinya di Rusia.

Semasa kecilnya, Putin memang sudah menyukai dan berkecimpung pada dunia politik, tercermin dari pilihan jurusan hukum yang ia ambil pada saat meneruskan studi di Universitas Negeri Leningrad. Dilansir dari cnnindonesia.com, memang dari awal pria yang berkelahiran Saint Petersburg Rusia ini memang mempunyai tujuan untuk ingin menjadi perwira intelijen di Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti atau KGB, yang selanjutnya pekerjaan yang didapat juga masih dalam lingkup intelijen. 

Tepat pada tahun 1997 ketika Putin menjadi Wakil Kepala Staf Kantor Eksekutif Presiden dan Kepala Direktorat Pengendalian Utama itu menjadi awal dari melejitnya karier politik Putin. Sampai tiba waktunya, bertepatan pada tahun 2000 secara resmi Putin mengalahkan beberapa kandidat calon presiden yang lain untuk pertama kalinya dengan perolehan hasil vote sebanyak 53 persen lebih unggul.

Namun perlu diketahui, sebelum secara resmi Putin menjabat sebagai orang yang memimpin Rusia, Presiden sebelumnya pada Desember 1999 Boris Yeltsin telah memilih Putin sebagai gantinya untuk menjadi Presiden Rusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Putin menjabat menjadi Presiden Rusia pada periode 2000-2008. 

Tidak hanya berhenti sampai disitu, seperti yang kita tahu sejak tahun 2012 hingga sekarang Putin masih menjabat sebagai presiden. Sebelum dia kembali menjadi Presiden, selang waktu antara tahun 2008-2012 Putin diketahui ternyata turut menjadi Perdana Menteri Rusia pada saat itu. 

Bahkan, rumor yang beredar hangat di publik sekarang ini ialah bahwa pria yang berumur 69 tahun ini akan secara gamblang melakukan amandemen konstitusi yang artinya akan memungkinkan untuk melanjutkan masa kekuasaannya sebagai Presiden Rusia dalam beberapa tahun kedepan. 

Tak tanggung-tanggung, kelanjutan Putin untuk menjadi Presiden Rusia bahkan sampai sebanyak dua kali periode. Hal itu pastinya membuat masyarakat sangat tercengang mendengarnya. Dibalik masa jabatan yang tidak singkat itu pastinya tidak jauh dari adanya sebuah kekuasaan yang dimilikinya.

Selama masa jabatannya yang sangat lama itu terdapat berbagai cara Putin untuk menjadi sesosok pemimpin yang tak tergantikan. Saat pengunduran diri Yeltsin pada 31 Desember 1999 dan pergantian dengan Putin yang terkesan mendadak sebelum adanya pemilihan presiden secara resmi, disitulah dapat diketahui bahwa adanya penyokong dari kalangan Oligarki dalam keberlangsungan aksi tersebut. 

Belum lama sejak kepemimpinannya, Putin sudah menunjukkan sikap kerasnya, dengan secara paksa mengambil alih media dan menutup seluruh saluran televisi. Pengambilan alih media yang tanpa pertimbangan itu semata-mata mempunyai tujuan untuk menghilangkan bayangan politikus lainnya yang ada kaitannya dengan kekuasaan mereka. 

Politisi yang akan muncul nantinya juga sudah disusun dan direncanakan sebagaimana rupanya oleh Putin sesuai tujuan awal mereka. Tidak ada satupun yang berani memberontak atas kekuasaan yang sudah ada, semua dibawah naungannya.  

Kekuasaan Putin juga turut menyorot dari pengambilalihan wilayah Crimea oleh Rusia, dengan ditandai adanya perubahan bendera yang berkibar di daerah militer Semenanjung Laut Hitam menjadi bendera Rusia. Seperti yang dilansir dari Republika.co.id, Alexander Malevany selaku Kepala Deputi Federal Security Service, mengatakan bahwa langkah aktif telah diambil untuk membalas apa yang dia sebut sebagai perkembangan langkah barat dalam melemahkan Rusia. 

Rusia menggunakan Crimea sebagai banteng militer untuk melawan negara tetangga yaitu Ukraina. Tak hanya berhenti sampai situ saja, alih-alih beralasan bahwa sebagian besar warga yang ada di Kawasan Laut Hitam merupakan warga beretnis Rusia, lantas dasar asumsi itulah yang dijadikan alasan Rusia dalam melakukan proses perebutan wilayah Ukraina. Keberhasilan atas perebutan wilayah Crimea menjadi faktor terbesar atas kemenangan Putin, hingga kepemimpinannya dalam menentukan laju dan  menentukan hubungan Rusia dengan Barat.  

Presiden Rusia Vladimir Putin memang tak henti-hentinya melakukan segala aksi guna mempertahankan kekuasaan yang sudah ada. Otak yang sangat cerdik memang tidak membuatnya salah langkah dalam mengambil keputusan, bahkan adanya celah tetap bisa dimanfaatkan. Seperti yang dibuktikkan pada aksinya dalam mendukung pasukan pro Bashar al-Assad di Suriah dengan tujuan untuk dapat mengetahui bahwa hanya Rusia saja yang bisa mempunyai kuasa penuh terhadap wilayah vital di Timur Tengah. Dapat dilihat pula dari sudut pandang yang lain bahwa aksi Rusia itu juga dapat melahirkan adanya kesempatan untuk menguji persenjataan baru dan taktik militer. Sungguh merupakan sesuatu cara yang mempunyai banyak pengaruh baik bagi Rusia.

Disisi lain, kita memang tidak bisa mengelak kehendak yang sudah terjadi atas kekuasaan Putin karena memang ada sisi positif yang bisa diwajarkan. Sebuah konsep feodal untuk tidak menyalahkan keberadaan kebijakan ekspansi Rusia kini telah berkembang kembali sejak masa kepemimpinan Putin. Alasan itulah yang juga menjadi dasar pengaruh Crimea untuk masih tetap memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Rusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun