Kaum santri, dengan segala keteladanan dalam kepatuhan, adab, dan penghormatan terhadap ilmu serta para gurunya, telah lama dikenal sebagai penjaga tradisi yang luhur dalam masyarakat. Di balik setiap langkah dan perilaku mereka, tersimpan rasa hormat yang mendalam terhadap para ulama dan guru-guru yang membimbing mereka. Bagi seorang santri, ilmu bukan hanya sekadar pengetahuan, tetapi juga sebuah jalan untuk mendapatkan keberkahan hidup yang tiada tara. Rasa hormat ini bukan hanya tertuju pada guru-guru mereka, tetapi juga pada keluarga guru, termasuk anak dan cucu-cucu mereka. Dalam pandangan mereka, mencintai keluarga guru adalah cara untuk terus merasakan limpahan barakah yang mengalir dari ilmu yang telah diterima.
Di antara para penerus tradisi luhur ini, ada satu sosok yang kini tengah mencuri perhatian publik: cucu pertama dari Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, seorang pahlawan nasional asal Nusa Tenggara Barat (NTB). Beliau, dengan kecintaan yang mendalam terhadap ilmu dan ajaran para gurunya, kini mencalonkan diri sebagai gubernur NTB.
Sebagai cucu dari seorang ulama besar yang dihormati, ia tidak hanya mewarisi darah kebesaran spiritual, tetapi juga semangat untuk melayani masyarakat. Dengan penuh rendah hati dan pengabdian, ia menerima dukungan yang melimpah dari para murid dan jamaah yang ingin melihat kesinambungan kepemimpinan yang berakar pada nilai-nilai luhur tersebut.
Di setiap pertemuan dengan masyarakat di berbagai penjuru NTB, suasana selalu ramai dengan kehadiran para jamaah yang antusias memberikan dukungan, baik moril maupun materiil. Mereka tidak hanya mendukung secara fisik, tetapi dengan sepenuh hati menyampaikan ajakan untuk memilih sosok yang mereka anggap layak meneruskan perjuangan dan amanah yang diwariskan oleh para ulama terdahulu. Di mata mereka, memilih cucu pertama Tuan Guru Zainuddin bukan sekadar memilih seorang pemimpin, tetapi juga mengabadikan tradisi kepemimpinan yang penuh adab dan keberkahan.
Dalam gerakan ini, ada semangat kolektif yang kuat, di mana para murid dan jamaah merasa menjadi bagian dari sejarah yang tengah tercipta. Mereka percaya bahwa dengan memilih pemimpin yang benar-benar berakar pada nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal, mereka dapat memperoleh keberkahan yang lebih besar, dan membawa NTB menuju kemajuan yang diridhai oleh Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H