Mohon tunggu...
M. Sapwan
M. Sapwan Mohon Tunggu... Musisi - photo traveling di malang

saya dari Lombok

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Jangan Punahkan Bahasa Ibu

24 Februari 2021   10:33 Diperbarui: 24 Februari 2021   10:41 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dunia Pendidikan mesti menempatkan bahasa lokal sebagai bahasa wajib selain bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya. Di masa lalu bahasa lokal sangat maju, karena menjadi pengantar dalam pengajaran dan penulisan lontar-lontar. Para seniman menuliskan karya atau mengadaptasi karya sastra luar dengan menggunakan bahasa lokal. 

Cara-cara tersebutlah yang membuat bahasa lokal menjadi terjaga. Selain menjadikan bahasa lokal sebagai materi ajar, dunia pendidikan juga harus menetapkan hari tertentu untuk mengharuskan peserta didik menggunakan bahasa lokal. 

Pemerintah, harus mendorong penelitian, pembinaan, pengembangan, serta pelestarian bahasa lokal melalui lembaga yang kompeten dibidangnya. 

Sangat penting untuk membuat kamus, tata bahasa, terjemahan karya lokal, serta penerbitan karya tulis yang menggunakan bahasa lokal. Hanya dengan cara tersebut bahasa lokal sebagai kekayaan budaya bisa tetap memberi kontribusi bagi pembangunan. 

Media Massa. Sebagai orang Sasak, saya merasa sangat bangga dengan kemunculan koran ini yang memuat berita menggunakan bahasa Sasak minggu lalu. 

Koran berbahasa sasak tersebut sebetulnya bisa menjadi salah satu referensi pegajaran bahasa Sasak dalam dunia pendidikan. Koran tersebut bisa menjadi materi penelitian bahasa, sebagai ajang mengekspresikan karya sastra lokal, penyampaian kearifan lokal, serta sarana pelestarian bahasa lokal. 

Tentu di tahap awal akan banyak terjadi perdebatan. Perdebatan itu penting agar kemudian dilakukan perbaikan serta penyempurnaan pada penerbitan berikutnya. 

Sekali lagi saya ingin katakan bahwa saya merasa kegundahan akan punahnya bahasa lokal sedikit terobati dengan kemunculan koran ini menggunakan bahasa lokal. Semoga kedepan bisa terbit secara berkelanjutan dengan memberi ruang bagi masyarakat untuk berkontribusi. 

Beberapa daerah yang lebih dulu sadar akan pentingnya bahasa lokal, sudah lebih maju dalam mengelola halaman korannya. Tentu bukan hanya bahasa Sasak. Media Massa Sumbawa dan Bima juga harus didorong untuk melakukan hal yang sama.  

Masyarakat. Sebagai pemilik bahasa masyarakat harus berani memaksa orang lain untuk ikut menggunakan bahasa lokal setidaknya didaerah sendiri. Berikan kesempatan orang lain belajar menggunakan bahasa lokal. Orang Sasak misalnya, harus percaya diri berdialog dengan bahasa Sasak di mana pun. 

Saya sendiri tidak merasa kampungan untuk sekedar berdialog menggunakan bahasa Sasak dengan karyawan toko, kasir Bank, resepsionis hotel, atau orang lain yang tak saya kenal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun