[caption id="attachment_107716" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (badmintoncentral.com)"][/caption]
Tom Saptaatmaja*)
Pada Kamis (5/5/2011), Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia merayakan hari jadi ke 60. Mungkin publik olahraga kita tak banyak yang tahu, karena lebih tersita pada semifinal liga Champion Eropa, khususnya bentrok antara Barcelona vs Real Madrid atau antara MU vs Schalke. Padahal kita harus ingat,bukan sepakbola yang pernah mengangkat nama bangsa di dunia, tetapi bulutangkis, seperti dilakukan Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti di Olimpiade Barcelona.
Dalam perayaan 60 tahun PBSI, legenda hidup Rudi Hartono berpesan agar PBSI tegas dalam memberi penghargaan dan hukuman di Pelatnas. Terkait penghargaan, penulis ingin mengajak publik bulutangkis tidak melupakan jasa mendiang Suharso Suhandinata.
Kalau kita ingat almarhum Suharso Suhandinata (selanjutnya disingkat SS), yang sering disebut diplomat bulutangkis Indonesia telah meninggal dunia dalam usia 94 tahun pada Kamis 11 November 2010. Sosok kelahiran Bandung, 20 September 1916 itu bukan hanya meninggalkan 4 putra, 11 cucu, dan 14 cicit, (istrinya sudah lebih dahulu meninggal dunia pada 2008),tapi juga menyisakan dukacita mendalam bagi insan bulu tangkis Indonesia, bahkan dunia.
Memperbincangkan kontribusi almarhum, penulis jadi ingat kalimat bijak Winston Churchil (1874-1965), mantan perdana mentri Inggris yang berbunyi "Kita hidup dengan apa yang kita peroleh, tetapi kita memperoleh kehdidupan sejati dengan apa yang kita berikan".Suharso Suhandinata sungguh telah memberikan segenap hidupnya bagi kemajuan bulutangkis, bukan hnaya di level dalam negri, tetapi juga seluruh dunia.
Mendunia
Di level dunia, kontribusinya diakui ketika berhasil mempersatukan dua organisasi buluntangkis dunia, yakni IBF (International Bandminton Federation) dengan WBF (World Badminton Federation).Kketika itu almarhum menjabat sebagai Ketua Bidang Luar Negri PB PBSI, sedangkan Sudirman sebagai Ketua PBSInya..
Seperti diketahui gara-gara Perang Dingin, dunia mengenal kedua organisasi tersebut.China dan negara sosialis lain ikut WBF, Indonesia memilih IBF.Syukurlah, kedua organisasi akhirnya bisa disatukan.Tidak heran, dalam situs resmi WBF, juga muncul pemberitaan seputar mengkatnya SS.Bahkan nama SS juga diabadikan untuk piala kejuaraan dunia yunior campuran oleh WBF.
Bukan hanya itu, SS juga dikenal ulet dalam memperjuangkan agar buluitangkis dikenal oleh publik dunia.Beliau gigih berjuang agar bulu tangkis bisa dipertandingkan di olimpiade. Keinginan ini tercapai pada Olimpiade Barcelona 1992. Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti bisa menyumbangkan dua emas dan membuat Indonesia Raya berkumandang untuk pertama kalinya, sejak Indonesia ikut Olimpiade pada 1948. Lalu di Olimpiade Atlanta 1996, emas juga dipersembahkan pasangan Ricky Subagja dan Rexy Mainaky. Tanpa jerih payah SS, mungkin kita tidak akan bisa melihat bagaimana merah putih berkibar di ajang Olimpiade.
Pelajaran Bagi Kita