Mohon tunggu...
Abu Atthaila Al Jawi
Abu Atthaila Al Jawi Mohon Tunggu... Administrasi - sebuah kisah perjuangan yang perlu diceritakan, meskipun pada akhirnya ini hanyalah kisah antara aku dengan Gusti Allah

Still No One...

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kita Peduli, Perspa Berlaga Lagi

25 Februari 2018   09:34 Diperbarui: 26 Februari 2018   07:40 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu level tertinggi manusia secara sosial adalah mereka yang sabar dan peduli (Abu Atthaila Al Jawi)

Setelah lama tidak berkiprah pada kompetisi resmi pada taraf kompetisi dewasa, tahun 2018 PERSPA akan ikut berlaga pada kompetisi LIGA 3 Provinsi Jawa Timur tahun 2018. PERSPA sebagai sebuah klub sepakbola amatir "eks perserikatan", menjadi satu-satunya klub sepakbola di Kabupaten Pacitan yang terdaftar sebagai anggota Asosiasi PSSI Provinsi Jawa Timur, yang memiliki hak dan kewajiban untuk mengikuti kompetisi pada level provinsi/nasional. 

Format Liga 3 yang akan memainkan kompetisi secara penuh, menjanjikan sebuah hiburan yang layak dinantikan. Setiap tim akan saling bertemu sebanyak dua kali, satu kali kandang, satu kali tandang. Total akan ada dua belas pertandingan yang harus dilakukan. Enam kali laga home, sisanya laga away.  Hal ini mengacu pada kompetisi Liga 3 tahun lalu. Tahun ini mungkin tidak akan berubah secara drastis.

 Tentu keputusan tersebut mengandung sebuah konsekuensi yang telah dipertimbangan. Kebutuhan untuk bisa menyalurkan bakat-bakat pemain muda yang ada, tak pelak menjadi sebuah tuntutan yang wajar bagi pemain-pemain muda. Dengan telah digulirkannya kompetisi kelompok usia 16 tahun oleh Asosiasi PSSI Kabupaten Pacitan secara rutin, sebenarnya relatif cukup memadai dalam upaya menjaring bakat-bakat muda pemain bola. Ending adanya kompetisi usia muda tersebut adalah keikutsertaan PERSPA pada kompetisi Piala Suratin (U-17 tahun) yang rutin dilaksanakan tiap tahun. Setelah berlaga di Piala Suratin, biasanya para pemain "berhenti" berkiprah karena tidak ada wadah dalam skala kabupaten. 

Bagi mereka yang cukup yakin dan konsisten akan melanglang buana mengikuti berbagai seleksi yang dilaksanakan oleh sejumlah tim yang berlaga pada kompetisi LIGA 1, LIGA 2, atau LIGA 3. Bukan untuk menembus skuad utama, tetapi akan mengadu nasib untuk masuk skuad U-19 peserta LIGA 1. Dengan keikutsertaan PERSPA pada Liga 3, setidaknya akan menaikkan level kesempatan para pemain sepakbola Pacitan untuk dapat berkiprah lebih jauh. Sebuah kesempatan.

Dukungan sarana stadion yang memadai, di satu pihak adalah sebuah keuntungan, disisi lain merupakan sebuah tuntutan besar untuk dapat menggunakan stadion untuk sebuah kompetisi pada level regional/provinsi. Dengan sarana yang tersedia, berarti sebuah modal telah dimiliki sebuah daerah untuk dapat memajukan prestasi olahraga sepakbolanya. 

Akan tetapi, di sisi yang lain, hal ini menjadi pemicu "tuntutan" para pecinta sepakbola, untuk menjadikan stadion tidak hanya sekedar tempat untuk menggelar pertandingan-pertandingan internal Asosiasi PSSI Kabupaten Pacitan, tetapi berkembang ke skala yang lebih tinggi. Adanya berbagai tuntutan tersebut, adalah hal yang wajar bagi sebagian warga masyarakat yang memang menghendaki adanya perkembangan prestasi sepakbola Pacitan sekaligus sebuah tontonan sepakbola yang menghibur.

Tahun 2018 adalah sebuah momentum bagi PERSPA. Dengan dukungan pendanaan awal dari APBD Kabupaten Pacitan, membuktikan sebuah dukungan dan kepedulian Bupati Pacitan terhadap perkembangan sepakbola di Pacitan. Akan tetapi dukungan dan kepedulian tersebut tidaklah cukup, bukan hanya terbatas dari sisi nominal, tetapi lebih pada sisi spiritkebersamaan dan gotong royong.   

Tidak adil kiranya ketika pemimpin sudah menunjukkan kepeduliannya, sementara yang lain belum tergerak untuk mengikuti langkah itu. Berat rasanya ketika tanggung jawab untuk kembali menggairahkan sepakbola dibebankan pada pundak pemerintah, tetapi ada baiknya saling bahu membahu bergotong royong. Bukankah indah sebuah kebersamaan. Apa yang bisa kita lakukan sebagai bagian dari era "kebangkitan PERSPA", menurut saya ada beberapa hal yang kita bisa lakukan.

Pertama, bagi masyarakat umum/penggemar/penonton. Datang ke stadion, beli tiket, kita dukung PERSPA. Salah satu sumber pembiayaan sepakbola adalah tiket. Sepakbola adalah salah satu mesin yang rakus dalam menghabiskan uang. Dalam industri sepakbola (walaupun sepakbola di Pacitan belum sampai level sebuah industri), tiket menjadi pemasukan yang sangat menentukan kehidupan sebuah tim. Tim dengan pendukung yang banyak akan dengan mudah bertahan hidup, dan sebaliknya. 

Sehingga akhir-akhir ini muncul istilah "no ticket no game". Ini sekaligus wujud bagaimana penggemar sepakbola mendukung dan memiliki klub sepakbola. Tanggung jawab ini tidak hanya bagi mereka yang menyenangi permainan sepakbola, tetapi menjadi tanggung jawab siapapun yang menginginkan sepakbola di Pacitan bisa berkembang. Bahkan ada teman yang berkelakar, "tidak nonton gak papa, yang penting ayo beli tiket". Sikap tidak peduli hanya akan mempercepat kembali matinya "spirit" PERSPA yang baru akan bangkit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun