Mohon tunggu...
Sanusi at Maja
Sanusi at Maja Mohon Tunggu... Penulis - Da'i/ Alumni Pasca Unira Malang

Love for All Hatred for None

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hubungan Ibadah dan Cinta Sesama

28 September 2020   04:00 Diperbarui: 28 September 2020   05:52 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 " Sangat tepat untuk mengembangkan cinta sesama di masa pandemi sekarang ini daripada mempertajam perbedaan agama".

Tidak diragukan lagi sejak zaman dahulu bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius. Banyak ditemukan situs-situs kuno yang diprediksi sebagai tempat suci, misalnya saja situs Gunung Padang yang digadang-gadang lebih tua dari piramida mesir tidak lain merupakan situs sakral sebuah tempat peribadahan. Tentu saja hal ini menunjukan semangat keagamaan nenek moyang begitu tinggi dan telah mendarah daging dalam kehidupan mereka.

Suku-suku bangsa yang mendiami nusantara terkenal ramah-ramah dan punya kecintaan yang tinggi terhadap sesama, menunjukan adanya pengaruh dan hubungan yang erat antara agama, ibadah dan kecintaan. Argumentasi untuk memahami hal itu tidaklah sulit, sebab essensi utama dari setiap agama adalah ibadah dan essensi dari ibadah adalah keramahan, welas asih dan kecintaan.

Secara garis besar ibadah terbagi dua, yang pertama berhubungan dengan penyembahan manusia kepada Tuhan dan yang kedua berhubungan dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan. Ibadah kepada Tuhan bersifat tertentu dan khusus diajarkan setiap agama. Sedangkan ibadah yang terkait dengan sesama makhluk tidak ditentukan, hanya dengan syarat mengandung unsur kebaikan. Misalnya membuang duri di jalan, tersenyum kepada sesama, menolong orang tua menyebrang jalan, membantu saudara yang mengalami kesulitan. Semua ibadah itu tidak ditentukan kapan, kepada siapa, dan di mana saja.

Jika kita memperhatikan lebih mendalam lagi terhadap eksistensi ibadah, maka  ternyata ibadah kepada Tuhan apapun bentuknya adalah sebagai bukti kecintaan makhluk kepada penciptanya. Sedangkan ibadah yang berkaitan dengan sesama makhluk realitasnya mengekspresikan kecintaan kepada sesama.

Terdapat bukti yang meyakinkan terkait klasifikasi ibadah tersebut, misalnya dalam agama Kristen ada disebutkan Hukum kasih, baik kasih kepada Allah maupun kasih terhadap sesama (matius 22:37-40). 

Dalam agama islam ada istilah hablum minalloh ( jalinan kecintan dengan Allah) dan hablum minanas ( jalinan kecintan sesama manusia). Kemudian dalam agama Hindu ajaran cinta dirangkum dalam Tri Hita Karana, yaitu pawongan cinta kasih antara sesama, palemahan cinta kasih antara manusia dan alam, serta parahyangan, cinta kasih anatara manusia dengan Tuhan. Sedangkan dalam agama Budha cinta di sebut "metta" menurutnya cinta bersifat universal, cinta kepada sang pencipta dan cinta kepada semua makhluk.

Tulisan ini tidak akan membahas bentuk-bentuk ibadah setiap agama, karena seperti saya katakan di awal ibadah kepada Tuhan bersifat tertentu (mahdoh). Tertentunya itu terkadang bersifat sangat privasi. 

Kenyataanya bentuk peribadahan kepada Tuhan dari setiap agama tidaklah sama. Bisa jadi wujud peribadahan dalam satu agama dianggap sangat sakral, tetapi dalam pandangan agama lainnya dianggap sebuah kesalahan, inilah yang saya katakan ibadah kepada Tuhan berada pada ranah privat. 

Berdasarkan alasan itu tulisan ini hanya akan membahas ibadah bentuk kedua berupa ajaran cinta sesama. Sebagai contohnya diambil dari agama Kristen, Islam, Hindu dan Budha.

Kasih kepada sesama yang diajarkan kristen antara lain, (1) tetapi aku berkata kepadamu, " kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang telah menganiaya kamu-Matius 5:43. (2) janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, lakukanlah apa yang baik bagi semua orang, sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung kepadamu hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang, saudara-saudaraku yang terkasih janganlah kamu sendiri menuntut balas, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis pembalasan itu adalah hak-ku, akulah yang akan menuntut pembalasan, tetapi jika musuhmu lapar, berilah dia makan, jika dia haus berilah dia minum, dengan berbuat demikian kamu menumpuk bara api dikepalanya-Roma 12:17-21.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun