Mohon tunggu...
Santri Liberal
Santri Liberal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cingkrang Bukan Sunnah

18 Oktober 2017   20:02 Diperbarui: 18 Oktober 2017   20:27 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ciri khas sebuah ormas sudah menjadi identitas tersendiri. Kenapa, dengan adanya sebuah cirikhas ini setiap orang (masyarakat awam) secara cepat bisa tahu bahwasanya cirikhas A yaitu identitas ormas B. Dengan adanya cirikhas tersebut, seolah olah identitasnya bisa teridentifikasi oleh orang lain. Cirikhas merupakan branding dalam sebuah komunitas( kelompok, ormas, dll) bahkan individu seseorang.Dengan adanya branding ( cirikhas) ini orang lain lebih cepat mengenal, mengetahui dan memahami. Seperti halnya, para pebisnis yang sudah punya nama ( branding) maka akan cepat di kenal user, dan akhirnya user dengan MLM (mulut lewat Mulut) akan tersebar, dan tertarik untuk membelinya. 

Begitu pula dalam sebuah gerakan gerakan organisasi masyarakat, yang mana dalam merealisasikan sebuah visi misinya membuat, mengekpresikan, serta menyebarkan cirikhasnya sendiri sendiri. Cirikhas ( branding) ini di bumbui, dilebeli, dan di kemas sesuatu yang indah, yang menarik dan yang mengikat. Contoh saja, dilebeli (Halal) atau di kemas (ukhrowi: surga/neraka).Disini penulis tak ingin konsentrasi fokus pada ormas tertentu. Hanya rasionalisasi serta alasan logis yang ingin dipaparkan penulis. Mulai dari NU, kaum yang satu ini identik dengan sarungnya. Karena mayoritas kaum NU alumnus dari pesantren salaf. 

Dan sudah mulai jaman dulu sebelum merdeka, kaum yang satu ini sudah berkiprah di nusantara ini. Penulis belum tahu, kenapa kok sarung??gak pakai jarik atau celana. Mungkin para pembaca lebih tahu sejarah sarung di indonesia ini. Karena pakaian yang satu ini juga tak ada di negara negara lain, andaikan ada sarung jadi pakaian adat suatu negara. Menurut penulis, Sarungan itu juga bukan sunnah. Karena masa nabi gak ada sarung. Dan juga, para kaum nahdhiyin juga tak mensiar2kan ( meramaikan) kalau sarungan itu sunnah nabi.


Ormas yang mirip dengan NU yaitu Muhammadiyah. Ormas yang satu ini berpenampilan formalis, modernis dan kurang pernah pakai sarung. Karena ormas ini, sering bahas kajian ilmu duniawi, ilmu alam ( ilmu sekolah formal) dan pakaiannya seperti pakaian masyarakat indo pada umumnya, yaitu pakaian nasional.


Ihkwanul muslimin juga mempunyai pakaian ciri khas tersendiri. Setahu penulis, ikhwanul Muslimin ini mengejowantah pada ormas PKS. Ormas ini berbeda dengan ormas ormas lainnya. Karena ormas ini gerakannya juga tak se extreme ormas sebelah tapi juga tak sedekat adat dengan ormas tetangga. Ormas ini, ciri khas pakaiannya jilbab lebar, menutupi dada, melewati bahu. Dan celana cingkrang, entah kenapa mereka menjadikan celana cingkrang sebuah identitas tersendiri. Mungkin menurut fikihnya para ikhwanul muslimin(salah satunya PKS) berpendapat celana cingkrang itu sunnah rasul.


Di indonesia ini pakaian cingkrang mayoritas di pakai oleh para kaum ikhwanul muslimin (PKS), faham salafi (LDII), Jamaah Tabligh (jahula dst) dan FPI.


Menurut hemat penulis, celana cingkrang (ngatung) bukan merupakan sunnah rasul. Kenapa, karena pada masa nabi tak ada celana cingkrang. Adanya pakaian yang menutup semua badan yaitu gamis. Logisnya, menyamakan (qiyas) sesuatu yang objeknya beda maka hasil istimbat hukumnya juga beda. Klo pakaian pada masa nabi itu gamis, berarti yang sunnah Gamis cingkrang bukan celana cingkrang. Kalau menggunakan dalil hadist nabi, 

"Saya pernah mendengar bibi saya menceritakan dari pamannya yang berkata, "Ketika saya sedang berjalan di kota Al Madinah, tiba-tiba seorang laki-laki di belakangku berkata,'Angkat kainmu, karena itu akan lebih bersih.'Ternyata orang yang berbicara itu adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Aku berkata,"Sesungguhnya yang kukenakan ini tak lebih hanyalah burdah yang bergaris-garis hitam dan putih".Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Apakah engkau tidak menjadikan aku sebagai teladan?"Aku melihat kain sarung beliau, ternyata ujung bawahnya di pertengahan kedua betisnya."

(Lihat Mukhtashor Syama'il Muhammadiyyah, hal. 69, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih) Apalagi yang ada pada teks hadits tersebut menggunakan kata izzar: (bahasa jawa: jarik) tak menggunakan kata celana () .maka dari itu menganalogiskannya kurang rasional. Mungkin bisa di kaji lagi dalam pada literatur literatur hukum islam lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun