Mohon tunggu...
Santi Lisnawati
Santi Lisnawati Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga, dosen. Boleh berbagi tentang pendidikan

Berbagi apa yg boleh dibagi, di rumah jadi ibu rumah tangga, di kampus jadi dosen, di jalan jadi pengembara, dijalani untuk dapat terus berbagi..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menstimulasi Menulis

17 Oktober 2015   14:58 Diperbarui: 17 Oktober 2015   15:07 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Menulis bukan perkara mudah, menyusun kata demi kata untuk membuat suatu kalimat yang bermakna. Perlu pembiasaan agar dapat mahir menyampaikan ide, gagasan, informasi atau apapun melalui media tulisan. Berlatih terus menulis, dan terus menulis dari sana akan terlihat perubahan dan bagaimana kecepatan, ketepatan, gaya tulisan dan lainnya.

Kalimat di atas teori yang sebenanrnya jika ingin mahir menulis, maka menulislah jangan berhenti. Tetapi aku sendiri tidak mematuhi aturan itu. Banyak alasan yang membuatku jarang menulis tulisan yang bersifat spontan. Aku berkutat dengan pekerjaan lain, padahal tidak perlu waktu lama untuk menulis sesuatu yang bersifat spontan. Waktu itu aku telah membiasakan menulis setiap hari. Aku berlatih agar ada tulisan setiap harinya. Namun beberapa kesibukan dan hambatan lainnya aku jarang menulis dan hampir saja meninggalkan kebiasaan itu.

Beberapa waktu ini aku merasakan kelambanan dan kekacauan saat akan menulis, aku bingung hendak menuliskan pesan apa? gagasan apa? informasi apa? Banyak tulisan yang aku tulis hanya sampai satu sampai dua paragraf terhenti. Tidak ada muncul niat untuk menyelesaikan. Tentu saja makin lama makin tidak tertarik untuk mentuntaskan.

Ada satu saat dimana aku merasa ada sesuatu yang hilang. Aku tidak bisa bicara dalam batinku sendiri melalui gerakan tangan yang kuhentakan di atas keyboard. Menuliskan apa yang menguap dalam pikiran. Menikmati saat menulis pikiran yang terpusat pada apa yang hendak dituliskan. Menghentikan sejenak jarum yang berdetak, mengambil jeda dari keramaian. Sungguh ritual itu jarang aku nikmati dalam waktu yang cukup lama.

Aku sendiri menyadarai bahwa menulis akan menjadi bagian dalam hidupku. Karena aku merasa perlu menuliskan sesuatu yang hendak aku tuliskan. Aku berpikir sudah waktunya untuk kembali, segera memulainya. Namun ternyata tidak mudah. kehilangan ide, tersendat dan banyak alasan yang membuat pikiran buyar. Hari ini setelah makan siang, aku latih diri untuk menulis kembali. Di ruang kantor yang biasa ramai, kini sedang sunyi senyap. Selain hembusan nafas sendiri, hanya terdengar suara deru AC dan detak jam dinding.

Beberapa menit aku bisa pusatkan perhatian, karena tidak ada sapaan, atau aktivitas lain selain diri sendiri. Namun yang lebih mendorong aku untuk menulis adalah saat tadi pagi sebelum berangkat ke tempat kerja, aku diberi secarik kertas oleh anakku Dinda, dia menuliskan cerita perjalanan saat dia berangkat ke Yogyakarta. Dia memberikan tulisan itu dan meminta aku untuk membacanya. Hampir satu lembar kertas HVS dia menuliskan kisah perjalanannya, melihat aktivitas masyarkat yang dilaluinya, serta tips untuk melakukan kunjungan ke beberapa tempat wisata yang dikunjunginya.

Tulisan yang ditulisnya memang sebuah pesanan, karena aku pernah menyarankan untuk menuliskan perjalanannya. Namun kesiagaan dan insiatif untuk memulai menulis, aku sangat hargai. Terlepas kalau menulisnya karena ada suatu sebab yaitu ingin meminta dibelikan sesuatu dengan syarat menulis. Ternyata pagi itu sebelum aku berangkat kerja dia menyelesaikan pekerjaan menulisnya dan meminta aku membelikan satu pesanannya.

Dari tulisan yang dibuat anakku, seolah ada energi baru yang mengatakan kepadaku bahwa anak sekecil itu sudah berusaha menuliskan perjalanannya. Padahal kami sama-sama berangkat ke tempat yang sama, tetapi aku tidak tergerak untuk mentuntaskan tulisan yang berserak. Aku hanya mampu menulis satu paragraf dan menghilang.

Rangsangan menulis perlu ditumbuhkan. Anakku menulis karena ia ingin mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Tentu banyak cara untuk bisa menjaga agar tetap menulis. Tidakkah aku ingin mendapatkan manfaat dari hasil berbagi pikiran lewat tulisan. Tentu saja aku mau. Menyegarkan kembali motivasi menulis dengan tidak berhenti menulis adalah energi dalam menulis.

Terima kasih anakku, telah menginspirasi memulai menulis. Hari ini sampai juga dianggap tuntas tulisan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun