Mohon tunggu...
santi diwyarthi
santi diwyarthi Mohon Tunggu... Dosen - Wanita adalah bunga, indahnya dunia, tiang penjaga damai dunia.....
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a wife, a mother, a worker....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Galunganku, Galunganmu, Galungan Kita Bersama

24 Juli 2019   15:59 Diperbarui: 24 Juli 2019   18:29 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri
Setelah Galungan, terdapat hari Pemaridan Guru, yang bermakna Memarid, Ngelungsur, Nyurud, Memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam manifestasi berupa Sang Hyang Siwa Guru. Hari Pemaridan Guru yang berlangsung pada hari Sabtu Pon Galungan, dua hari setelah Galungan, sebagai simbol kita ngelungsur banten Galungan, memohon berkah Tuhan, agar senantiasa diberi restu dalam berbagai aktivitas kehidupan.

Masih dalam rangkaian upacara Galungan, juga terdapat Hari Pemacekan Agung. Hari ini jatuh pada hari Senin, Soma Kliwon Kuningan. Pemacekan Agung, tekek, tegar, teguh dan kukuh, bermakna bahwa umat manusia diharapkan senantiasa menguatkan iman, fokus pada keyakinan, menjaga kesucian pikiran dan perkataan juga perbuatan, untuk tertuju hanya pada Beliau, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Pada hari suci Kuningan, umat Hindu membuat banten yang dilengkapi dengan tamiang, kolem dan endong. Tamiang sebagai simbol senjata Dewa Wisnu yang menyerupai cakra. Kolem simbol senjata Dewa Mahadewa, dan Endong simbol kantong perbekalan yang dipakai oleh para dewata dan juga leluhur saat berperang melawan kejahatan/adharma. Tamiang dan Kolem dipasang pada semua pelinggih, tugu, bale dan juga pelangkiran.

Endong dipasang hanya pada pelinggih dan pelangkiran. Tumpeng yang dipergunakan juga berwarna kuning dari pewarna berupa kunyit yang dicacah dan direbus menggunakan minyak kelapa dan daun pandan harum sebagai simbol Kuningan, Nguningan, Matur piuning, melaporkan telah berakhirnya kegiatan persembahan bagi para dewata, leluhur dan Tuhan, menjaga kesadaran dan pengetahuan untuk senantiasa waspada terhadap berbagai hal negatif.

Tumpeng pada banten yang biasanya berwarna putih diganti dengan tumpeng berwarna kuning yang dibuat dari nasi yang dicampur dengan kunyit yang telah dicacah dan direbus bersama minyak kelapa dan daun pandan harum. Hal ini sebagai simbol dari kebahagiaan, keberhasilan, kesejahteraan, kemenangan diri sendiri menaklukkan hawa nafsu.

Di saat Pegat Wakan, yang merupakan runtutan terakhir hari suci Galungan dan Kuningan, umat Hindu menghaturkan banten dan kemudian mencabut Penjor Galungan yang telah dibuat di saat hari Penampahan Galungan. Penjor tersebut dibakar dan abunya ditanam di pekarangan rumah. Pegat Wakan jatuh pada hari Rabu Kliwon wuku Pahang, sebulan setelah hari Suci Galungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun