Mohon tunggu...
santi diwyarthi
santi diwyarthi Mohon Tunggu... Dosen - Wanita adalah bunga, indahnya dunia, tiang penjaga damai dunia.....
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

a wife, a mother, a worker....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nangluk Merana, Genius Local Wisdom

10 Desember 2018   14:42 Diperbarui: 10 Desember 2018   14:54 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nangluk Merana termasuk dalam Bhuta Yadnya yang diselenggarakan pada sasih kanem.

Leluhur kita di nusantara memiliki kearifan lokal yang sungguh luhung. Salah satunya adalah  Tolak Bala, Peneduh Jagat, Pamilayu Bumi, Bumi Pada, atau Nangluk Merana. Hal yang membahas ini terdapat pada Naskah Roga Sanghara Bhumi, Lontar Purwaka Bumi, "Perembon indik ngaben tikus, Lontar Sri Purana (Pemda Tingkat I Bali 1989), Lontar Dukuh Jumpungan.

Prosesi tradisi memohon maaf dan keselamatan pada penguasa semesta (Tuhan Yang Maha Kuasa) ini bertujuan untuk menetralisir berbagai bencana alam, musibah, mala petaka dalam kehidupan.

Mardiwarsito (1981: 507) menjelaskan bahwa kata Roga barasal dari bahasa Sanskerta yakni penyakit, sakit, cacat badan. Sanghara / Samhara berarti menarik kembali, meniadakan, memusnahkan sakit, melebur, membinasakan. Kata Bhumi merujuk pada bumi.  Maka, rangkaian upacara ini bertujuan untuk menetralisir, meniadakan bencana di muka bumi.

Lontar Widhi Sastra menjelaskan bahwa masyarakat Bali setiap lima tahun sekali melaksanakan Tawur Agung (Pancawalikrama) di Pura Besakih, sebagai sabda Bhatara Putrajaya yang berstana di Gunung Agung. Upacara ini bertujuan menyucikan  alam semesta, menyucikan kembali pikiran manusia (manacika), perkataan (wacika), dan perbuatan (kayika) dari cemer ikang bhuwana, agar bumi menjadi bersih dan suci (kaparisudha).

47578863-10213910804952021-617734580564131840-n-5c0e189d6ddcae5e6f694189.jpg
47578863-10213910804952021-617734580564131840-n-5c0e189d6ddcae5e6f694189.jpg
Upacara penyucian yang bisa dilakukan menurut Roga Sanghara Bhumi adalah (1) upacara Prayascita, yaitu upacara penyucian bumi pada tatanan yang kecil seperti bangunan pribadi, kebun, dan sebagainya, (2) Guru Piduka, yaitu permohonan maaf pada para dewa karena ulah manusia bumi menjadi kotor (cemer), (3) Labuh Gentuh, yaitu upacara penyucian bumi yang tingkatnya lebih tinggi dari prayascita.

Berbagai upacara penyucian bumi ini dilakukan sesuai dengan tingkatan, mulai dari rumah tangga, tingkat desa, kota, kabupaten, dan propinsi. Dalam perkembangan selanjutnya, upacara ini memanfaatkan kearifan local yang disesuaikan dengan Desa, Kala, Patra. Hingga kemudian terdapat istilah sebagai implementasi dari lontar Roga Sanghara Bhumi, seperti: Peneduh Jagat, Pamilayu Bhumi, dan Nangluk Merana.

Dokpri
Dokpri
Peneduh Jagat merupakan upacara yang diselenggarakan pada hari Kajeng Kliwon pada Sasih Kapat, sesuai dengan Lontar Pemaculan, Lontar Roga Segara Bhumi, bila terdapat ciri seperti gempa bumi, wabah penyakit, gerhana, manusia meninggal tanpa sebab, manusia tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk, bertujuan agar bumi aman, damai dan tentram.

Pamilayu Bumi merupakan upacara permohonan agar diberikan berkah kerahayuan jagat dan terbebaskan dari bencana alam atau konflik sosial, terjadi di luar daya nalar atau akal sehat umat manusia, disikapi dengan menggelar "Pamilayu Bumi" agar terwujud keselamatan jagad.

Nangluk Merana merupakan Upacara Yadnya sebagai permohonan Kepada Tuhan agar berkenan menangkal atau mengendalikan bencana, gangguan yang mengakibatkan kehancuran, penyakit pada tanaman, mala petaka atau mara bahaya bagi umat manusia. "Nangluk" berarti empangan, tanggul, pagar, penghalang, "Merana" berarti hama atau bala penyakit, mara bahaya.

https://www.instagram.com/p/BrFOoNbA7nj/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=hrkdfq76oqlv&fbclid=IwAR23soxnfQXg8fyZgdHfE8ktaj7E15S0N5d6a0MRtlpLh9xjfqrDjl7QOHw

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun