Mohon tunggu...
Santi arofah
Santi arofah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Etika Berwirausaha dalam Islam

18 Maret 2019   12:39 Diperbarui: 18 Maret 2019   12:58 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

"Dari Miqdam ra. Dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: Seseorang yang makan dari hasil usahanya sendiri, itu lebih baik. Sesungguhnya Nabi Daud as makan dari hasil usahanya sendiri." (H. R. Al-Bukhori

Kata Wirausaha juga dikenal dengan Enterpreneur, berasal darikata wira dan usaha. Kata wira berarti teladan atau contoh sedangkan usaha berarti kemauan keras memperoleh manfaat. Demngan demikian, wirausaha berarti seorang yang berkemauan keras dalam melakukan tindakan dan perbuatan yang bermanfaat sehingga layak dijadikan teladan. Menuru Tarsis Tarmudji, wirauaha merupakan seseorang yang berkemauan keras dalam bisnis yang patut jadi teladan. Adapun kata Enterprener, sebagaimana dinyatakan oleh Kuratko dan Hotgetts berasal dari bahasa prancis enterprende yang berarti mengambil pekerjaan.

Zimmerer dan Scarborough mendefinisikan wirausahawan dengan seseorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketikdak pastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan bisnis dengan cara mendefinisikan peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya. Definisi ini berlawanan dengan pendapat Peter Drugter bahwa wirausaha tidak mencari resiko tetapi mereka mencari peluang.

Seorang wirausaha yang terkenal dan sukses yang membangun bisnis secara besar umumnya bukan penanggung resiko, melainkan mereka mencoba mendefiisikan resiko yang harus mereka hadapi dan mereka meminimalkan resiko tersebut. Jika mereka berhasil mendefinisikan resiko kemuadian membatasinya dan mereka secara sistematis dapat menganalisis berbagai peluang serta mengeksploitasinya, maka mereka akan mendapat keuntungan sebuah bisnisesar. (Prof. Dr. H. Idri, M.Ag. (hadis Ekonomi 287))

Peter F. Drucker mengatakan bahwa berwirausaha merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda-beda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa berwirausaha adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang berbeda dari yang lain, atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

Kreatifitas adalah mampu menangkap dan menciptakan peluang-peluang bisnis yang bisa dikembangkan. Di tengah persaingan bisnis yang ketat sekalipun seorang wirausaha tetap mampu menangkap dan menciptakan peluang baru untuk berbisnis, sehingga ia tidak pernah khawatir kehabisan lahan. Sedangkan inovasi adalah mampu melakukan pembaruan-pembaruan dalam menangani bisnis yang digelutinya, sehingga bisnis yang dilakukannya tidak pernah usang dan selalu dapat mengikuti perkembangan zaman. Sifat inovatif ini akan mendorong bangkitnya kembali kegairahan untuk meraih kemajuan dalam berbisnis. (H.M. Ma'ruf Abdullaah, Wirausaha Berbasis Syariah, 2011 : 7-8)

Jadi orang yang berkarya akan memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak dengan kreatifitas dan inovasinya untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya.

Dalam hal mencari nafkah, umat Islam dituntut mencari karunia yang telah diturunkan oleh Allah di muka bumi ini. Karena di alam raya ini Allah telah menyediakan berbagai kebutuhan manusia untuk kehidupan mereka.(Johan Arifin, Etika Bisnis Islami, (Semarang: Walisongo Press, 2009 : 81)

Allah memberikan kemudahan kepada manusia untuk memakmurkan bumi. Allah menyeru manusia untuk berkecimpung di dunia ekonomi, bekerja dan berusaha dengan sungguh-sungguh sehingga menjadi anggota yang bekerja dalam sebuah masyarakat, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain.
Sementara itu Rasulullah Muhammad SAW memberikan tuntunan, bahwa salah satu cara yang paling baik dan utama untuk mencukupi kebutuhan hidup adalah lewat hasil pekerjaan dan usaha sendiri.

Hal itu sebagaimana sabda beliau:
( ). [9]

"Dari Miqdam ra. Dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: Seseorang yang makan dari hasil usahanya sendiri, itu lebih baik. Sesungguhnya Nabi Daud as makan dari hasil usahanya sendiri." (H. R. Al-Bukhori). (Imam Abu Zakaria Yahya bi Syaraf an-Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, jilid. 1, Terj. Achmad Sunarto, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999 : 517)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun