Mohon tunggu...
Santi Titik Lestari
Santi Titik Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Mari menulis!!

Menulis untuk mengawetkan ide dan berbagi ....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Krisis adalah Kesempatan

11 Mei 2020   17:22 Diperbarui: 11 Mei 2020   18:02 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krisis adalah kesempatan

Masa krisis itu harus dijalani. Setiap orang yang sedang mengalami masa krisis, mau tak mau harus menjalaninya sampai masa krisis itu berlalu. Apalagi seperti sekarang ini, masa krisis karena pandemi COVID-19. Kita mungkin bisa menebak-nebak kapan semua ini akan berakhir. Bahkan, ada yang sudah mempersiapkan rencana A, B, dan C jika nanti masa krisis akan berhenti melambat. 

Di sisi lain, ketika masa krisis belum mencapai puncaknya, banyak yang sudah menyerah karena tidak siap menanggungnya. Ada berbagai respons dari kita ketika berada dalam masa krisis yang sama. 

Namun, bagaimana kita bisa memiliki satu respons yang sama dan berguna bagi semuanya? Penulis tidak akan banyak membahas aspek-aspek apa saja yang terdampak dari COVID-19, sebab sudah banyak yang membahasnya dengan lebih baik dan lengkap. Hanya, penulis ingin mengatakan kita harus lebih sering kembali ke hal-hal mendasar yang kelihatannya sepele, tetapi bisa menolong diri kita dan orang lain dalam menjalani masa-masa sulit.

Berhenti Komplain

Selama menjalani masa krisis, banyak hal yang bisa kita komplain atau keluhkan. Bahkan, hal-hal yang kecil sekali pun bisa menjadi bahan komplain kita. Hal ini terjadi biasanya karena kita sudah tidak lagi merasakan kepuasan, adanya rasa tidak senang, tidak terima dengan keadaan, dan sejenisnya. 

Kalau kita banyak komplain, orang-orang di sekitar kita juga ikutan sebal. Yuk, kita berhenti komplain! Gantikan komplain/keluhan kita dengan melihat apa yang masih baik saat ini. Jika untuk melihat yang "masih baik" pun sulit, coba melihat ke diri sendiri, masih sehat atau tidak? bisa jalan atau tidak? ada makanan atau tidak? berada di tengah-tengah keluarga atau tidak? Jangan berpikir bahwa berada di rumah, #stayathome, itu membosankan. Nikmatilah! Ketika pandemi COVID-19 berlalu, kemungkinan kebersamaan seperti saat ini akan berkurang.

Saling Menyemangati

Kita semua mengalami kesulitan yang sama. Semua manusia di mata virus itu sama, semua berpotensi terkena. Karena itu, mari kita saling mengingatkan, menasihati demi kebaikan bersama. Jangan sampai ada yang tidak taat dengan protokol yang sudah ditetapkan dan lebih memikirkan kesenangan diri. 

Saling menyemangati juga sangat perlu dan penting! Dalam bekerja, jangan hanya berfokus pada "kita akan bangkrut", tidak ada pembeli", "bagaimana kalau dipecat", "haduh, corona tidak pergi-pergi", dan keluhan-keluhan lain sejenisnya, tetapi kita harus saling menyemangati dan belajar berpikir bersama. 

Dalam kondisi seperti ini, kebersamaan dan pikiran yang kreatif itu sangat penting. Jangan memprioritaskan pesimisme, tetapi belajar melihat peluang jika nantinya pandemi berlalu kita sudah siap dengan cara kerja yang baru, cara hidup yang baru. Sering-sering menyemangati rekan sekerja. Jangan malah menebar kegundahan alias kegalauan.

Cari Sisi "Aha"

Lihatlah krisis sebagai sebuah kesempatan, kesempatan untuk menemukan solusi hidup yang lebih baik dan menemukan sisi "Aha" dalam hidup kita. Apa sih maksudnya? Mumpung #stayathome, #workfromhome, #studyathome, yuk lakukan hal-hal kreatif yang belum pernah atau jarang kita lakukan. 

Jika selama ini keseharian hidup kita habis di tempat kerja dan di macetnya jalan raya, yey ... ketika #stayathome, waktu yang biasanya habis di jalan raya, bisa kita gunakan untuk melakukan hal-hal yang di luar rutinitas. 

Misalnya: coba cek kontak HP kita, apakah ada nama teman lama yang sudah tak terdengar kabarnya, coba di-chat, tanya kabar. Kalau selama ini jarang bercandaan dengan anak karena ketika pulang kerja anak sudah tidur, yey ... lakukan saja dengan hati bergembira. Mari menikmati kebersamaan bersama keluarga. 

Atau, jika selama ini tidak punya waktu untuk belajar, pulang kerja sudah capek, mau baca buku saja selalu ditunda-tunda, kini saatnya ikutan belajar online. Banyak kesempatan terbuka di internet untuk mengikuti seminar, training, kursus secara online. Pakai kesempatan ini dengan baik.

Belajar Hidup Hemat

Tidak gampang untuk belajar hidup hemat jika tidak terbiasa melakukannya. Karena itu, mumpung ini masih masa krisis, harus memaksa diri untuk hidup hemat. Jika tidak bisa, ya harus memaksa diri untuk bisa. Berpikir, catat pilihan-pilihan terbaik untuk bisa hidup hemat. Jika selama ini sering makan makanan yang cukup merogoh kantong, coba untuk melatih lidah makan makanan yang sederhana asal bergizi. 

Jika selama ini suka pergi-pergi, tahan diri, kalau perlu cari pelampiasan berguna yang bisa memenuhi hasrat "jalan-jalan ini". Sempat terpikir salah satu solusi dengan menulis. 

Kalau keinginan bepergian sudah tinggi, ambil pena tulis saja mau pergi ke mana, pingin lihat apa saja, mau beli apa, mau makan apa, mengajak siapa, naik apa, acaranya ngapain aja, berangkat jam berapa, menginap atau tidak, sampai budget yang diperlukan berapa, bikin detailnya, dan tulis di bagian paling akhir: sebenarnya apa yang saya harapkan dari bepergian ini? senang-senang doank? 

Biasanya kalau kita suka bepergian, semua keinginan hanya terekam di otak, lalu segera pergi ke tempat tujuan. Sudah habis ratusan bahkan jutaan rupiah, pulang-pulang capek, dan hanya tersisa beberapa video dan foto-foto kenangan. Setelah itu, upload di media sosial. Selesai deh!! Itu aja kan? Cobalah selama masa krisis ini, ditulis dulu ... pasti akan ada bagian yang jadi perenungan kita.

Berdoa

Tentunya, ada banyak orang yang saat ini sedang berduka dan tertekan, terutama bagi mereka yang terkena langsung dari dampak COVID-19. Bagi para pekerja yang di-PHK, wiraswasta, dan para pedagang kecil yang tersendat usahanya, ini menjadi keprihatinan kita bersama. Masa krisis ini menjadi kesempatan bagi kita untuk lebih peduli lagi dengan sesama. 

Sejauh mata memandang dan telinga yang mendengar setiap berita tentang hal ini, kita bisa ikut mendoakannya. Seberapa pun yang kita punya, kita bisa berbagi; berbagi dengan tetangga dan orang-orang yang sedang mengalami kesulitan. Jika kaki dan tangan kita tak mampu "ke sana", kita bisa berdoa untuk mereka. Tuhan punya belas kasih. Ketika kita berdoa bersama-sama, Ia akan menurunkan tangan-Nya.

Saatnya kita melihat krisis ini dengan cara yang baru. Ada kesulitan, pasti ada maksud Tuhan. Ada tekanan, pasti ada terobosan. Selama kita peka, selama kita mau menangkapnya sebagai sebuah kesempatan, bukan kemunduran, kita pasti akan bisa menjalaninya dengan baik. Semangat!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun