Mohon tunggu...
Santi Titik Lestari
Santi Titik Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Mari menulis!!

Menulis untuk mengawetkan ide dan berbagi ....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencoba Melihat dari Sisi Baik

27 Maret 2020   00:24 Diperbarui: 27 Maret 2020   08:03 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisi baik (https://i.pinimg.com/)

Tulisan ini sekadar ingin berbagi rasa saja. Tidak hanya sekali ini, Indonesia mengalami masalah yang berat. Selain wabah virus corona, yang sampai hari ini masih kita perjuangkan untuk dilawan, Indonesia juga sering mengalami berbagai bencana alam. 

Tentunya, dari setiap masalah ini, pasti meninggalkan kesedihan, trauma, dan kerugian.Inilah kehidupan, tidak selalu akan memberikan kenyamanan. Mau tidak mau, dalam menjalani hidup ini, kita harus peka akan banyak hal. 

Setidaknya, ketika sedang dalam kesulitan, kita belajar untuk melihat hal ini dalam dua sisi, sisi baik dan sisi buruk. Belajar untuk bisa bersikap arif ketika mengalami keadaan yang sulit memang tidak mudah, tetapi kita mesti belajar.

Wabah virus corona memang memengaruhi banyak aspek kehidupan, mulai dari kesehatan, perekonomian, pendidikan, sampai pekerjaan. Akan sangat mudah bagi kita menilai bahwa semua masalah ini diakibatkan karena virus corona. Pokoknya virus corona yang jadi biangnya. Semua jadi kacau, ya karena virus corona.

Dalam tulisan ini, penulis tidak akan membahas tentang asal mula adanya virus corona, tetapi penulis ingin menyampaikan sisi lain -- bisa dibilang mencoba melihat dari sisi baiknya. Bukan sisi baik dari virus corona, tetapi sisi baik dari kemungkinan-kemungkinan yang muncul dari kondisi yang sulit ini. 

Sembari menulis, penulis juga mencoba untuk belajar melihat sisi baik dari keadaan yang tidak baik, dan berharap hasil pelajaran ini bisa menjadi inventaris hidup ke depan supaya bisa makin arif menjalani hidup.

Dalam kehidupan sehari-hari, di pedesaan, memang kekhawatiran akan virus corona ini tidak begitu kentara. Apalagi jika berpapasan dengan orang-orang tua atau lansia, mereka hanya akan berkata, "Banyak doa, minta perlindungan. Nasib kita ditentukan oleh Tuhan." 

Ya sekilas, okelah nasihatnya, bisa diterima. Namun, kita juga tetap harus waspada, dengan berhati-hati, menjaga diri, menjaga kesehatan, dan mengikuti aturan pemerintah. 

Berbeda jika kita berada di kota, dengungnya makin terdengar dan kekhawatiran dari sudut-sudut kota begitu terasa. Baik di kota maupun di desa, hal-hal baik yang penulis temukan dari kondisi-kondisi sulit yang selama ini dialami oleh Indonesia:

1. Keterampilan hidup "peduli" menjadi senjata ampuh dalam menghadapi kesulitan.

Apa pun masalah dan kesulitan yang kita hadapi, ketika ada rasa peduli satu sama lain, beban terasa berkurang. Kepedulian dengan orang lain membuat beban di pundak dan hati kita terasa sedikit lebih ringan. Masalah tidak langsung beres, tetapi bisa berkurang.

Kepedulian dengan sesama merupakan keterampilan hidup yang akan terus dipakai dalam setiap masalah, kondisi, dan kesempatan untuk menjadikan sesuatu menjadi lebih baik. Mari kita tingkatkan kepedulian kita terhadap sesama, pasti akan meninggalkan kesan dan nilai-nilai hidup yang tak terkira.

2. Memunculkan kreativitas.

Sebenarnya, setiap keadaan yang mendesak, sulit, tertekan, kita justru bisa berkreasi. Penulis mengamati masyarakat sekitar, ketika sedang kebingungan untuk mendapatkan masker dan "hand sanitizer", akhirnya mereka memaksa diri untuk belajar dan membuatnya sendiri. 

Mau tidak mau, ketika kita sangat memerlukan, dorongan untuk maju, belajar, berkreasi itu akan muncul. Seru juga sebenarnya melihat orang-orang berkreasi membuat masker ala "selera" sendiri-sendiri.

3. Memaksa untuk selangkah lebih maju.

Adanya imbauan #belajardirumah memaksa pihak-pihak terkait untuk menciptakan jadwal kegiatan, kurikulum dadakan, sampai kurikulum yang serius dan kelak akan bisa diresmikan untuk menunjang pembelajaran anak-anak yang diliburkan untuk sementara waktu. 

Jika tidak ada kondisi yang mendesak dan membahayakan semacam ini, kemungkinan untuk menciptakan hal-hal baru belumlah dipikirkan. Kita harus belajar melihat kesempatan dalam kesempitan. 

Dalam kondisi terjepit, kita harus berani melangkah dan ambil keputusan yang membawa pada terobosan. Penulis sangat berharap setelah wabah virus corona berlalu, pendidikan di Indonesia sudah dua langkah lebih maju.

4. Menciptakan ketegasan dalam melakukan yang benar.

Keadaan yang bisa membahayakan orang lain ternyata bisa memunculkan ketegasan untuk melakukan yang benar. Bahkan, warga masyarakat yang sebelumnya tidak pernah frontal, namun sudah memahami bahaya dari virus corona ini, dengan sangat tegas memberitahukan kepada orang lain yang masih menyepelekan virus ini. 

Penulis salut dengan orang-orang yang berani dan tegas dalam memedulikan kehidupan orang lain. Mari kita tegas dalam melakukan kebenaran dan dalam memedulikan kehidupan orang lain.

5. Kita akan lebih banyak berdoa.

Ini yang paling penting. Kita akan lebih banyak berdoa, mendoakan orang lain yang bahkan kita tidak mengenalnya, tetapi kita tahu mereka dalam kesulitan. 

Jangan berhenti berdoa. Mari berdoa untuk pemerintah Indonesia, para tenaga medis, para pasien, keluarga pasien, masyarakat yang sedang menjalani #belajardirumah #bekerjadirumah #ibadahdirumah, dan negara-negara lain yang masih sama berjuangnya dengan kita dalam melawan virus corona.

Tentunya masih ada banyak lagi hal-hal baik yang bisa kita dapatkan dari setiap kondisi sulit. Mari kita belajar melihat yang baik dan menggunakannya untuk menghadapi kesulitan demi kesulitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun