Mohon tunggu...
Santi Titik Lestari
Santi Titik Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Mari menulis!!

Menulis untuk mengawetkan ide dan berbagi ....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Merawat Orangtua Dijadikan Dilema?

15 Oktober 2019   10:12 Diperbarui: 15 Oktober 2019   11:06 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah ketika kita memikirkan tentang cita-cita, salah satu hal yang terlintas adalah ingin merawat orang tua sampai tua atau lansia, apa pun keadaan mereka? Kebanyakan dari kita bercita-cita ingin menjadi desainer, seniman, dosen, dokter, dan profesi-profesi bergengsi lainnya. Namun, mau tidak mau, jika orang tua kita masih hidup, kita pasti akan merasakan yang namanya merawat orang tua.

Entah kita dan orang tua beda kota, beda daerah, bahkan beda pulau, rasa mengusik tentang "merawat orang tua" pasti pernah mampir di hati kita. Kehidupan modern saat ini memang menawarkan kemandirian, yang terkadang cenderung "benar-benar mandiri". Setelah menikah, pinginnya langsung berpisah dari orang tua dan tinggal di rumah sendiri.

Hal ini sangat bagus dan bahkan banyak pihak menganjurkan hal ini demi kebaikan dan berbagai pertimbangan lainnya. Hanya, ada kecenderungan rasa "benar-benar mandiri" ini sedikit demi sedikit menggerogoti mental kita. Setelah berpisah dari orang tua, mau tidak mau relasi itu akan mengalami masa-masa merenggang, sekalipun tidak selalu dalam hal kualitas relasi.

Belum lagi, ketika kesibukan bekerja, mengurus anak, menyelesaikan berbagai masalah, urusan ini-itu, secara tak sadar sering membuat kita perlahan-lahan "membuat batas abu-abu" dengan orang tua. Diakui atau tidak, ketika orang tua mengalami masalah, baru akan teruji bagaimana sebenarnya kualitas relasi kita dengan orang tua selama ini.

Menjadi Porsi yang Penting?

Berkaca dari pengalaman orang lain tidaklah selalu bisa kita terapkan dalam kehidupan kita. Setiap orang memiliki peran dan kapasitasnya masing-masing dalam menghadapi setiap permasalahan. Ketika orangtua kita mengalami masalah, biasanya mereka akan menelepon anaknya. Yah sebagian besar pasti permasalahan di seputar kesehatan, dan orangtua akan menelepon anaknya jika hal itu benar-benar parah.

Karena sebagian besar orangtua masih memikirkan anak jangan sampai direpotkan. Bahkan, kadang bilang, "Sudah, Ibu hanya kecapekan. Istirahat saja pasti nanti sembuh. Kamu tidak perlu pulang." Padahal sebenarnya juga kangen anaknya ... hehe.

Jika dalam keluarga tersebut terdapat beberapa anak, dan semuanya berada di luar kota, belum tentu semua akan langsung pulang kampung untuk menjenguk orangtua. Nah, di sinilah, kadang ada negosiasi dari anak-anak ... siapa yang akan pulang. Ada yang dengan tulus dan cinta langsung pulang, tidak peduli dengan saudara-saudara yang lain pulang atau tidak.

Ada yang berpikir dengan ditelepon saja sudah cukup, tidak perlu pulang, yang penting sudah memberikan perhatian. Ada yang beralasan sedang ada proyek yang tidak bisa ditinggalkan dan tidak ada orang yang menggantikannya. Ada yang menyuruh saudara yang lain untuk pulang, dan menjanjikan suatu saat gantian dia yang pulang jika orangtua ada apa-apa. Ada yang selalu mengirimkan uang, tetapi tidak pernah pulang, dan masih banyak tipe-tipe yang lain.

Sebenarnya, hal utama bukanlah masalah anak bisa pulang atau tidak, tetapi dalam relasi antaranggota keluarga. Kita harus bisa menempatkan keluarga dalam porsi yang penting--penting untuk didengarkan, dipikirkan, dipertimbangkan, diprioritaskan (bahkan), didoakan, diupayakan/diperjuangkan.

Dalam proses "menjadikannya sebagai porsi yang penting", terutama untuk orangtua kita, sebaiknya kita jangan membawa embel-embel pekerjaan, kesibukan, waktu, dan lainnya, sebab proses ini pasti akan mengalami pergeseran kepentingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun