Mohon tunggu...
Santi Titik Lestari
Santi Titik Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Mari menulis!!

Menulis untuk mengawetkan ide dan berbagi ....

Selanjutnya

Tutup

Gadget

PR Kita pada Era Digital

17 Oktober 2018   00:41 Diperbarui: 17 Oktober 2018   00:44 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perkembangan teknologi yang begitu pesat, khususnya internet, patut kita syukuri. Perkembangannya sudah menyentuh berbagai aspek kehidupan kita sehingga cara berkomunikasi, berelasi, bahkan cara belajar pun mengalami perubahan yang signifikan. 

Mau tidak mau, kita sudah hidup pada era digital, dan kita menjadi generasi digital. Namun, kita jangan terlena dengan semua ini. "PR" kita menjadi banyak sekalipun kelihatannya hampir semua hal bisa dipermudah dengan adanya teknologi.

Hijrah ke Dunia Maya

Sejak internet masuk, hampir segala sesuatu bisa dilakukan di sana. Hampir segala sesuatu bisa didapatkan di internet. Internet menjadi dunia kedua yang bisa ditinggali manusia. 

Namun, sekarang, menurut saya, internet menjadi dunia pertama yang ditinggali banyak orang. Sekalipun kita tinggal di bumi, tetapi hampir sebagian besar dari kita sudah banyak yang hijrah dan sangat kerasan di internet (dunia maya). Apalagi anak muda (Digital Native), hidup mereka sepenuhnya ada di sana. 

Pernahkah kita merenungkan berapa jam dalam sehari kita bergawai ria, mulai dari mengakses media sosial, chatting (WA, Telegram, Line, dll.), skype, menikmati Youtube, blogging, sampai bekerja (e-dagang). 

Menikmati kemajuan teknologi memang menyenangkan, tetapi kita jangan lupa bahwa selalu ada risiko di balik setiap hal yang kita lakukan. Ketika banyak orang mulai hidup dalam dunia maya, orang-orang yang selama ini masih enggan berteknologi atau yang menghindari teknologi terpaksa akan menjadi komunitas terasing di dunia ini. Sementara itu, orang-orang yang hidup dalam masa transisi (orang-orang non-Digital Native) setidaknya masih akan bisa mengikuti kehidupan zaman ini dengan kecepatan yang mereka bisa. 

Kesepian dan Tidak Punya Relasi Bermakna

Saat kita sudah sangat kerasan di dunia maya, kita jangan terlena. Relasi nyata, misalnya, masih menjadi hal esensi dalam kehidupan ini. Biasanya, saking asyiknya bergawai ria, dengan segala aktivitasnya di sana, anak muda mulai kehilangan relasi dengan orang-orang di sekitarnya. 

Sering terjadi pada anak muda zaman sekarang bahwa ketika mereka sedang bermain gawai, perkataan orang tua tidak sepenting jawaban chat temannya. Bahkan, anak muda menjawab perkataan orang tua hanya dengan "Hem ...." Sementara kalau membalas chat temannya bisa semangat sekali, sambil ngakak-ngakak. 

Memang hal ini biasa pada zaman ini, tetapi dampaknya akan tidak biasa lagi. Ketika hal ini terus-menerus terjadi, relasi dengan orang-orang sekitar akan semakin pudar. Banyak anak muda tidak terlatih lagi berelasi dan bersosialisasi dengan baik. Ke depan, banyak generasi kita yang akan sangat sulit memiliki relasi yang bermakna. Mari kita, baik sebagai orang tua, guru, pemerhati anak, dll., berusaha untuk memasuki dunia anak muda supaya kita bisa mengambil kembali mereka untuk menolong mereka memiliki relasi yang baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun