Mohon tunggu...
Pendidikan

BK Itu Tidak Boleh Asal Bunyi

7 Maret 2019   13:55 Diperbarui: 7 Maret 2019   14:12 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada seorang pasien bernama ibu Sri yang di diagnosa kanker stadium 4. Bagaimana seorang dokter bisa tahu kalau Ibu Sri ternyata mengidap kanker kolon yang sudah stadium 4? Apakah langsung tahu penyakitnya? Tidak. Pertama, tentu saja dari ibu Sri sendiri, yaitu sebagai orang yang merasakan sakit. Jadi, ada faktor faktor seperti semakin hari semakin susah BAB, lemas, makanan tidak dapat dicerna dengan baik, kemudian keluarga berunding dan memutuskan untuk membawa ibu ke Rumah Sakit, menemui dokter spesialis penyakit dalam. 

Karena kondisi yang sudah sangat kesakitan, akhirnya dokter menyarankan pada keluarga agar ibu Sri dioperasi saja (tentunya setelah melalui pemeriksaan dan mengetahui penyebabnya) dan keluarga pun setuju. Setelah operasi, daging tumor yang ada pada usus besar ibu dilab-kan untuk mengetahui penyakit apa dan bagaimana pengobatan selanjutnya. Seminggu kemudian hasil lab keluar dan dokter menyarankan ibu Sri untuk kemoterapi karena ternyata tumor tersebut adalah tumor ganas yang sudah stadium 4. Selanjutnya, dilakukanlah kemoterapi agar menghambat pertumbuhan sel sel kanker di tubuh ibu.

Nah, jadi untuk mengetahui sakit yang diderita pasien, dokter tidak langsung memberikan diagnosa tentang apa sakitnya, misal hanya dengan melihat mata pasien atau hanya karena mendengar keluhan pasien yang tidak bisa BAB dengan lancar, dokter langsung memberi diagnosa "ibu ini sakit kanker stadium 4, ya.." tidak seperti itu, melainkan terlebih dahulu mengambil tindakan seperti pemeriksaan intensif untuk mengerti kiranya faktor faktor apa saja yang mendasari munculnya penyakit, kemudian melakukan konsultasi dengan pasien dan keluarga, operasi, pengidentifikasian penyakit dan baru setelah itu mendiagnosa penyakit.

Seperti itu juga yang terjadi di Sekolah, yang dokter lakukan adalah sama seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh guru BK sebagai konselor sekolah. Jadi, ketika mendapati siswa dengan kasus tertentu semisal, sering bolos sekolah, berpakaian yang tidak sesuai dengan ketentuan, ketahuan merokok, nilai belajar turun, sering terlambat masuk sekolah, atau lain sebagainya. Konselor tidak langsung mendiagnosa bahwa siswa tersebut adalah anak yang jelek, nakal, dan bodoh, serta perilaku tercela lainnya.

Seharusnya BK sebagai konselor melakukan proses pencarian informasi yang menjadi faktor faktor penentu munculnya sebuah masalah atau yang lebih dikenal dengan proses assesment. Kegiatan assesment ini dilakukan sebelum, selama, dan setelah proses konsultasi dengan tujuan untuk memecahkan masalah dari klien dan juga mengukur keberhasilan suatu konsultasi. Selain itu, ada tujuan tujuan lain dari dilakukannya assesment, seperti menurut Samuel T. Glading dalam bukunya yang berjudul Konseling Profesi yang Menyeluruh yaitu :

  • Guru BK bisa mendapatkan berbagai informasi yang diutarakan oleh klien terkait permasalahan yang dihadapi klien nya.
  • Guru BK bisa mengetahui apa saja dan siapa saja yang menjadi faktor faktor kenapa klien melakukan dan atau terjebak di masalahnya.
  • Guru BK bisa membantu klien untuk menentukan tujuan dari konsultasi yang dilakukan.
  • Guru BK bisa mengevaluasi tindakan tindakan yang dilakukan kepada klien untuk kemudian memutuskan menggunakan treatment yang sama atau tidak.
  • Guru BK bisa memotivasi klien melalui pendekatan langsung maupun tidak langsung.
  • Selanjutnya, guru BK bisa menggunakan informasi yang didapat dari klien untuk merencanakan strategi dalam konsultasi yang lebih efektif.

Sama seperti dokter spesialis saat menentukan penyakit apa yang diderita pasien misalnya dengan menanyai keluhan pasien secara langsung atau dengan pemeriksaan menggunakan alat secara intensif, seorang guru BK sebagai konselor juga bisa melakukan teknik assesment melalui 2 bentuk yaitu dengan teknik test (tes prestasi, tes bakat minat, tes kepribadian) dan non test (daftar cek masalah, wawancara, observasi, angket questioner, dll) yang dilakukan secara mendalam dan rutin. Setelah melakukan assesment, barulah BK dapat mengetahui atau mendiagnosa siswa tersebut, apakah masalah ini ditimbulkan secara internal atau adakah faktor eksternal yang menjadi penyebabnya. Dimana faktor internal ini seperti, kondisi fisik klien, tingkat kecerdasan klien, emosi, sikap, bakat, serta kondisi psikologis dari klien sendiri. Sedangkan faktor eksternalnya bisa berupa seperti apa lingkungan sosial baik di luar maupun di dalam sekolah. 

Setelah mendiagnosa inilah, guru BK bisa mengetahui bagaimana cara untuk membantu atau melakukan layanan yang efektif bagi siswa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun