Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Manuver Partai Demokrat, PDI-P, dan Nasdem

3 Oktober 2022   14:16 Diperbarui: 3 Oktober 2022   14:18 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Pemilu 2024

Dikarenakan kanal politik di Kompasiana semakin surut dan sepi pembaca, oleh karenanya Penulis merangkum singkat pandangan Penulis mengenai ketiga partai diatas.

Seperti Anda ketahui bersama, diantara riuh pemberitaan akan kasus pembunuhan Brigadir J, kasus dugaan korupsi Gubernur Papua Lukas Enembe, dan yang terbaru tragedi Kanjuruhan, ranah politik tanah air sedang diramaikan akan pemberitaan bursa Capres dan Cawapres 2024 mendatang.

Ya bisa Anda lihat beberapa partai politik sudah mulai bermanuver menyusun strategi guna memenangi Pemilu 2024. Diantara partai politik yang menarik perhatian Penulis ialah partai Demokrat, PDI-P, dan Nasdem.

Pemberitaan mengenai partai Demokrat menurut Penulis menarik ialah dikarenakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan turun gunung menghadapi Pemilu 2024. SBY mengungkapkan bahwa ia mendapatkan informasi bahwa upaya kecurangan di Pemilu 2024 berupa pengaturan Pilpres yang hanya diikuti dua pasangan calon.

Dilain sisi pemberitaan akan dukungan kader Demokrat untuk mengusung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masuk dalam bursa Capres turut serta memperlihatkan adanya keterkaitan sebab musabab turun gunungnya SBY.

Dari kacamata Penulis melihat sejak terpilih menjadi Ketum dan dualisme yang terjadi sebelumnya pada kubu Demokrat, sosok AHY hingga kini masih sangat rentan. Kenapa? Penulis melihat sebagai Ketum partai nampak AHY belum bisa lepas dari bayang-bayang SBY yang terus menyokongnya. Kiranya semua mahfum, orangtua mana yang tidak ingin anaknya berhasil. Tetapi disini acapkali orang lupa bahwa nasib anak bisa berbeda dengan orangtua.

Dari ragam survey memperlihatkan bahwa elektabilitas AHY masih rendah. Kemudian Penulis menilai AHY umurnya relatif masih muda, minim jam terbang dalam artian kapabilitas kepemimpinannya masih belum teruji, tentu dengan (jika saja) AHY diusung sebagai Capres maka hal ini bukan suatu pekerjaan yang mudah bagi kubu Demokrat. 

Kalaupun pada nantinya jika AHY diduetkan dengan bakal calon yang memiliki persentase elektabilitas yang lebih tinggi maka pertanyaannya ialah seberapa kuat suara koalisi yang mereka capai di DPR (president threshold). Mampukah partai Demokrat meraih dukungan partai-partai lainnya? Kalau saja dua calon yang diisukan sebagai kecurangan Pemilu 2024 salah satu calonnya adalah AHY, lantas bagaimana reaksi SBY nantinya?

Yang menarik menurut Penulis berikutnya ialah mengenai PDI-P. Sebagaimana marak pemberitaan bahwa kubu PDI-P saat ini sedang mengalami ketidaksejalanan antara kubu yang mengusung Puan Maharani dan kubu berseberangan yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai Capres.

Entah apa yang terjadi, namun Penulis melihat intrik politik dalam PDI-P tidaklah seberapa besar dengan bagaimana gambaran susah payahnya para kader menggenjot karisma Puan Maharani di mata publik. Di lain sisi, dukungan dan tingginya elektabilitas Ganjar Pranowo juga tidak memungkinkannya menjadi Capres tanpa kendaraan politik. Boleh jadi dan jika saja suara PDI-P di Pemilu 2024 cukup besar, mereka bisa memiliki kendali tetapi hanya sebatas Cawapres. Bagaimanapun PDI-P harus logis bahwa pilihan publik bukan hanya disertai oleh simpati publik terhadap partai melainkan pula harus diimbangi oleh bakal calon yang diusungnya.

Hal yang menarik terakhir menurut Penulis ialah partai Nasdem yang belum lama lalu mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Capres.

Prihal romantisme antara Anies Baswedan dan partai Nasdem kiranya sudah lagu lama yang kerap terdengar, dulu lawan kini kawan, dulu musuh kini mesra. Jadi bukan hal yang kiranya mengejutkan bilamana Anies Baswedan diusung oleh partai ini, toh mau siapa lagi pilihannya?

Diusungnya Nasdem boleh jadi manuver yang dilakukan partai ini untuk memainkan perannya di Pemilu 2024 mendatang. Dengan diusungkannya Anies Baswedan maka sejatinya Anies telah memiliki kendaraan politik guna menuju istana.

Start awal Nasdem ini boleh jadi isyarat agar partai-partai lain yang tertarik kepada sosok Anies Baswedan agar turut bergabung. Hanya saja apakah kelak capaian suara Nasdem di Pemilu 2024 mampu memposisikan mereka sebagai "King Maker", tentu jadi tanda tanya besar.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun