Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apakah Afghanistan Kelak Menjadi "Negara Boneka"?

21 Agustus 2021   15:32 Diperbarui: 21 Agustus 2021   15:39 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taliban menguasai Afghanistan (KompasTV)

Sebagaimana Anda ketahui bersama jatuhnya Afghanistan dalam genggaman Taliban saat ini jadi perhatian dunia internasional. Fokus utama yang kini sedang dipersoalkan ialah lambatnya proses evakuasi warga Afghanistan keluar negaranya yang dikhawatirkan akan berubah menjadi krisis kemanusiaan selanjutnya.

Prihal lambatnya proses evakuasi ini pun kita kiranya tahu bahwasanya lepas dari faktor keterbukaan negara-negara khususnya Uni Eropa yang bersedia untuk menampung warga Afghanistan yang mencari suaka dan warga Afghanistan yang tercatat pernah bekerja untuk negara asing sebelum Taliban menguasai Afghanistan. 

Bagaimanapun proses evakuasi ini tetap dilakukan dengan kehatian-hatian karena jangan sampai proses evakuasi ini menjadi bumerang yang memungkinkan timbulnya resiko keamanan kepada negara tujuan pencari suaka.

Sontak gambaran akan ramainya warga Afghanistan yang ingin mengungsi ini membuahkan pertanyaan, apa yang sebenarnya terjadi? 

Apakah cukup ketakutan terhadap Taliban jadi alasan utama mereka mengungsi dikala ada rentang kurang lebih 17 bulan (29 Februari 2020 s.d Agustus 2021) pasca kesepakatan damai Doha, Qatar antara AS dengan Taliban untuk menarik seluruh pasukannya, mengapa AS dan sekutu tidak lebih dahulu mempersiapkan atau mengantisipasi masalah pengungsi ini?

Mari kira ambil contoh secara logika. Si A mencapai kesepakatan menjual rumah dengan si B. Kemudian si A dan B sepakat untuk memberikan waktu tenggak kepada si A untuk bebenah selama 3 bulan, maka si A pun menyanggupi persyaratan itu sebelum pindah.

Apabila dikaitkan dengan apa yang terjadi di Afghanistan, jelas isi perjanjian kedua belah pihak antara AS dan Taliban ini dipertanyakan yaitu mengapa AS seperti menunggu sampai tenggak waktu yang disepakati habis? 

Boleh jadi isi kesepakatan menjelaskan proses evakuasi ini merupakan sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat karena bilamana Taliban memprovokasi maupun bertindak menyerang maka perjanjian damai itu batal. Akan tetapi jika dalam kaitannya perjanjian damai itu ibarat jam yang menghitung mundur, mengapa warga Afghanistan tidak lebih dahulu bertindak atau berupaya mengungsi sebelum AS dan sekutu pergi?

Apakah ini ada kaitannya dengan pemerintah Afghanistan yang memang dinilai gagal?

Bilamana kita cermati memang seperti ada miskalkulasi yang AS lakukan ketika proses penarikan pasukan dan aset mereka dari Afghanistan. Tetapi menurut Penulis hal tersebut masih ada kaitannya dengan karut marutnya pemerintahan Afghanistan dipimpin oleh Ashraf Ghani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun