Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hati-hati, Ilmu Bisa Juga Menjerumuskanmu!

10 Mei 2021   13:10 Diperbarui: 10 Mei 2021   13:12 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Ilmu (Merdeka)

Salah satu penyebab kenapa ilmu bisa tidak bermanfaat yaitu juga dikarenakan kurangnya kompetensi dari manusianya. Bahwa tak sedikit manusia di zaman kini dimana informasi saking begitu mudahnya didapat kemudian ia merasa paling tahu segalanya dan mencampuri ranah yang bukan kapasitasnya.

Penulis peringatkan hati-hati betul dengan tipe manusia seperti ini karena dengan ilmu yang ia miliki, ia bukan saja dapat menjerumuskan dirinya melainkan pula orang-orang yang ia cintai (keluarga) maupun orang lain.

2. Jangan pernah merasa puas diri dengan ilmu yang pribadi miliki

Ada kalimat yang mengatakan, diatas langit ada langit. Sebagai manusia, janganlah kita merasa paling tahu akan segalanya karena manusia adalah letaknya kekurangan dan dosa.

Acapkali manusia dengan gelarnya, dengan jabatannya, dengan pencapaiannya, dengan segala ilmunya merasa puas diri karena telah melebihi manusia lainnya.

Dan disitulah Allah ta'ala menegur manusia tersebut dimana ia terkurung dengan kepuasannya dan tidak berusaha atau berkeinginan untuk menambah ilmunya.

Begitupun pula dengan ilmu agama. Anda-anda ketahuilah bahwa ilmu agama tidak serta merta merujuk pada konteks apa yang dibukukan, tetapi ilmu agama juga berfokus dengan kehidupan yang kita jalani sekarang. 

Keyakinan dan kehidupan ibarat sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, keduanya harus selaras agar dapat menghantarkan seseorang dipandang beriman dan bertaqwa oleh Allah ta'ala.

Sekarang Penulis tanya, untuk apa kita tahu pahala atau amalan jika kita tidak melakukannya kebaikan maupun perbaikan diri? Lalu untuk apa kita tahu dosa sedangkan pribadi justru gemar menyakiti orang lain maupun berbuat kerusakan?

Sedikit dari apa yang Penulis sampaikan, sekiranya kita bisa berupaya menginteropeksi diri kita sampai mana sih ilmu kita ini sekarang? Apa betul bahwa semua ilmu kita kuasai? Apakah betul dengan ilmu yang kita miliki maka kita bisa seenaknya ikut campur terhadap keyakinan atau ajaran agama lain? Apakah itu yang dimaksud dengan konteks beriman dan bertaqwa kepada Allah ta'ala?

Mengapa kita tidak berupaya memperdalam ilmu yang kita yakini? Mengapa kita tidak membuahkan manfaat yang lebih besar dari ilmu yang kita pelajari? Apakah manusia sudah bosan dengan kehidupan, oleh karenanya ia membuat masalah dan masalah?

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun