Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Huh, Kritik Tugu Sepeda untuk Jegal Anies di 2024?

12 April 2021   16:22 Diperbarui: 12 April 2021   16:41 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Tugu Sepeda (Kompas)

Pembangunan Tugu Sepeda di bilangan Sudirman menuai kontroversi dan menuai banyak kritik oleh berbagai kalangan. Tugu Sepeda bernilai 800 juta yang sejatinya masuk dalam anggaran pembangunan jalur sepeda permanen di Jalan Sudirman-Thamrin walau berasal dari anggaran pihak swasta dianggap tidak wajar dilatarbelakangi oleh banyak hal.

Tak sedikit menanggapi Tugu Sepeda merupakan elemen yang tidak diperlukan di saat pandemi seperti sekarang mengingat begitu banyak masyarakat khususnya warga DKI Jakarta yang mengalami kesusahan akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Ada pula yang menilai bahwa Pemprov DKI seharusnya lebih peka dengan mengalokasikan anggaran tersebut ke hal yang lebih manfaat bagi masyarakat.

Kritik juga datang dari komunitas sepeda yang menilai bahwa sebaiknya jika Pemprov DKI peduli akan ekosistem pesepeda maka semestinya mereka lebih fokus memperbaiki maupun meningkatkan sarana prasarana pendukungnya, bukan malah membangun Tugu Sepeda yang hanya bersifat simbolis.

Jika Anies kerap kali menjadi bulan-bulanan dikritik, lantas apakah penyebabnya karena Anies merupakan salah satu tokoh potensial untuk Pemilu 2024 dan Tugu Sepeda sebagai salah satu upaya menjatuhkan citranya di masyarakat?

Mendengar itu Penulis hanya bisa senyum miris. Menurut Penulis pribadi, terlampau jauh bahkan cenderung berkhayal jika kritik Tugu Sepeda dikait-kaitkan dengan Pemilihan Presiden 2024. 

Mari gunakan nalar, Pilpres 2024 itu masih panjang. Dengan kata lain atmosfer politik di Indonesia sangat memungkinkan berubah. Siapa pun calon-calon Presiden dan Wakil Presiden nantinya, potensi besar mengemuka ialah selain tokoh yang konsisten kinerjanya disorot oleh media maupun menjadi perhatian publik, tetapi ia juga harus didukung oleh mayoritas partai.

Melanjuti hal di atas, toh kita tahu bahwasanya jabatan Gubernur DKI Anies Baswedan berakhir pada tahun 2022 dan dengan rencana Pilkada 2022 ditiadakan maka posisi Anies kelak sementara akan digantikan oleh Pejabat Gubernur sampai pada Pemilu Serentak di 2024. Kurang lebih dua tahun dimasa jeda tersebut maka pertanyaannya apakah sosok Anies Baswedan masih menarik untuk dilirik?

Menurut Penulis sejatinya sebagai pemimpin harus memiliki konsep dasar baik perencanaan maupun dalam membuat keputusan.

Kritik prihal Tugu Sepeda bukan dilandasi oleh rasa benci terhadap sosok Anies Baswedan, melainkan upaya agar ia mau mendengar dan mau untuk meningkatkan kinerjanya serta perhatiannya kepada masyarakat Jakarta.

Mudah saja, jika dalam lingkup membangun ekosistem sepeda di Jakarta maka paling tidak harus dilandasi data dan tidak asal bangun begitu saja. Seperti Penulis berkali-kali katakan, berapa sih jumlah pesepeda aktif di Jakarta?

Dengan mengetahui jumlah pesepeda aktif dalam kaitannya mereka yang aktivitas penunjang kesehariannya menggunakan transportasi sepeda maka Pemprov DKI bisa merencanakan dengan matang wilayah mana saja yang perlu disediakan lajur sepeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun