Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Teknologi Keselamatan Bukan Ibarat Film "Final Destination"

14 Januari 2021   12:17 Diperbarui: 14 Januari 2021   12:26 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecelakaan F1 Romain Grosjean (Bolasport)

Membuka artikel ini, sedikit quote dari Penulis.

"Apa karena orang bisa membuat kue berarti ia tukang kue? Pada hakikatnya pengetahuan bisa dimiliki siapa saja".

Apakah Anda masih ingat peristiwa mengerikan pada ajang Formula 1 (F1) GP Bahrain pada akhir bulan November 2020 lalu? Ketika itu pembalap dua kebangsaan Perancis dan Swiss yang membela Haas F1 Team, Romain Grosjean mengalami kecelakaan horor pada lap pembuka. Mobil Romain Grosjean kala itu bersenggolan dengan mobil AlphaTauri Daniil Kvyat sehingga tergelincir dalam kecepatan tinggi dan menabrak pagar pembatas hingga terbakar terbelah dua. Diduga akibat hantaman yang keras menyebabkan kebocoran tangki bahan bakar dan memicu kebakaran hebat tersebut.

Lantas siapa yang menduga, pembalap berusia 34 tahun ini selamat dari kecelakaan mengerikan itu. Ia hanya mengalami luka bakar ringan di tangan dan pergelangan kakinya. Lebih lanjut pasca peristiwa itu terkuaklah bahwa teknologi Halo melatarbelakangi mengapa Romain dapat luput dari maut.

Apa itu teknologi Halo pada F1? Teknologi Halo merupakan perangkat keamanan yang awal mula diperkenalkan FIA pada tahun 2016 yakni berupa palang yang mengelilingi kepala pembalap dan terhubungkan pada tiga titik pada rangka kendaraan. Halo terbuat dari bahan titanium dan beratnya sekitar 7 - 9Kg (FIA rules 2018).

Sebuah teknologi yang sejatinya tidak semua pembalap setuju menggunakannya karena prinsip teknologi Halo dipandang merusak nilai estetika sebuah mobil F1 yang bertahan dalam berapa dekade dan sedikit menghalangi penglihatan pembalap. Namun semua penilaian itu 180 derajat berubah pasca peristiwa kecelakaan Romain Grosjean.

Seperti kita ketahui, baik ajang balap jet darat ataupun ajang balap lainnya selalu memprioritaskan aspek keselamatan. Sebagaimana contoh F1, fitur keselamatan ini tidak hanya tersemat pada mobil balapnya saja, melainkan tersemat pula pada perlengkapan yang dikenakan pembalapnya. 

Pada prinsipnya teknologi keselamatan baik pada mobil balap maupun apa yang dikenakan oleh pembalap ialah sarana untuk memberikan perlindungan maksimal guna meminimalisir terjadinya kecelakaan maupun dampak dari kecelakaan. Hal itu tentunya didukung pula dengan adanya peraturan balap, keamanan di sirkuit, tak terkecuali aspek penting yaitu skill si pembalap.

Akan tetapi kiranya siapa manusia yang dapat menduga kapan sebuah kecelakaan dapat terjadi? Lepas dari beragam fitur keselamatan guna memastikan nyawa si pembalap aman, bagaimanapun banyak faktor x yang tidak dapat terkontrol maupun dijangkau oleh teknologi dimana memungkinkan terjadinya kecelakaan pada ajang balap jet darat.

Sebagai gambaran lain, contoh kecelakaan fatal yang pada ajang MotoGP Sepang dimana pembalap Italy Marco Simoncelli meninggal, atau kecelakaan yang dialami Marc Marquez hingga membuatnya cedera bahu berkepanjangan.

Padahal kita tahu segala aspek keselamatan pada ajang balap baik dalam balap F1 maupun MotoGP merupakan prioritas utama karena mereka tahu nyawa itu sangatlah berharga. 

Perlu Anda garis bawahi disini bahwasanya pula konsep teknologi keselamatan itu pun berkembang seiring dengan apa yang memang dibutuhkan pada bidangnya. Seperti halnya teknologi Halo memang sejatinya diciptakan untuk ajang balap F1, teknologi roll cage/bar untuk ranah otomotif balap profesional maupun umum, dan sebagainya. Jadi dalam teknologi keselamatan itu segala sesuatunya diperhitungkan.

Apa yang Penulis ingin utarakan disini ialah bahwasanya "teknologi keselamatan" itu bukan layaknya di film Final Destination, memanipulasi (sang) kematian. Pada dasarnya tidak ada seorang pun manusia tahu kapan kematian menjemputnya, Allah ta'ala hanya akan memberikan tanda-tanda akan kebesaranNya kepada manusia.

Jangan salah kaprah pula bahwa teknologi ada yaitu untuk menunjang kualitas mutu hidup manusia, teknologi ada bukan untuk menikung takdir manusia. Teknologi akan terus berkembang seiring perkembangan zaman umat manusia atau selama manusia eksis di muka bumi ini. Dan ingat, manusia pun ada batasannya.

Penulis pribadi turut mempelajari bagaimana sistem bekerja dimana sistem akan sempurna dijalankan bilamana segala prosedural dan fungsi untuk meminimalisir sistem gagal (fail) berfungsi semustinya.

Tetapi Penulis juga tahu, sekalipun manusia membuat sistem yang nyaris sempurna semisal sebuah program atau aplikasi pada perangkat namun tanpa diduga terjadi sesuatu yang tidak dapat dikontrol oleh manusia maka sistem itu pun tidak akan berjalan sebagaimana keinginan manusia.

"Manusia yang mengkreasikan, manusia pula yang menentukan".

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun