Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Awal Perseteruan "Fanboy" Apple iPhone dan Android di Indonesia

15 Oktober 2020   15:08 Diperbarui: 15 Oktober 2020   17:59 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Apple (iOS) vs Android (Sumber gambar: prototypr.io)

Sebagai orang yang pernah menjadi sales produk Apple di salah satu reseller di Indonesia, penulis mengakui dan sangat mengagumi aneka produk-produk Apple. Tak terkecuali satu produk fenomenalnya, yaitu iPhone.

Penulis mengenalnya semenjak desas-desus akan kabar kemunculan iPhone generasi pertama yaitu iPhone 3G sekitaran tahun 2008 lalu. Tak sedikit customer menanyakan apa betul Apple akan mengeluarkan smartphone dan kapan akan dirilisnya.

Ya seperti diketahui saat itu Apple sedang tumbuh berkembang di Indonesia. Bukan hanya karena iPod-nya saja, tetapi oleh hadirnya produk-produk lain seperti Macbook (warna Putih/Hitam dop), Macbook Pro, dan iMac-nya yang kala itu sudah bisa di-install (dual operating system) Windows menggunakan aplikasi 3rd party.

Kenapa begitu? Karena selain customer pada umumnya sudah akrab dengan OS Windows dan mereka masih sangat awam dengan OS Machintosh bawaan Apple punya. Kemudian alasan lainnya ialah karena aplikasi-aplikasi Mac belum banyak ditemui, terutama perihal Microsoft Office.

iPhone 3G atau generasi pertama yang ditunggu-tunggu akhirnya hadir di Indonesia. Kehadirannya pun disambut meriah di salah satu mall elite di Jakarta Selatan. Saat itu iPhone di-bundle satu paket langganan oleh salah satu provider telekomunikasi tanah air dan dibanderol dengan harga hampir belasan juta. 

Antusiasnya sangat besar sekali, penulis ingat saat itu orang berbondong-bondong berdatangan, baik dari kalangan umum, pejabat, hingga selebritis tanah air nampak antre untuk membeli iPhone tersebut. 

Kehadiran iPhone 3G sangat fenomenal, baik secara kualitas, fungsi, dan performa patut diancungi jempol. Bahkan tetangga penulis, masih memiliki iPhone 3G yang sampai detik ini berfungsi dan dalam keadaan baik.

Bila dibandingkan saat itu dengan yang sekarang, maka jelas keadaannya sangat jauh berbeda. Di tahun-tahun itu orang masih awam dengan hadirnya telepon pintar yang cikal bakalnya muncul pada Nokia Communicator (OS Symbian) dan PDA Phone. 

Hal itu disebabkan mayoritas penggunaan hape masih terbatas pada telepon dan SMS. Kalaupun ada aktivitas browsing pun kiranya sangat terbatas, karena masih berupa apps mobile yang tampil sederhana dan diperuntukkan bagi perangkat dengan OS Symbian.

Kehadiran iPhone 3G di Indonesia kiranya cukup banyak bersumbangsih kepada perkembangan penggunaan paket data internet dikarenakan aneka apps yang musti diunduh melalui Apple Store.

Dibandingkan OS Android kala itu, iOS memang sangat jauh di atasnya. Android di Indonesia seingat penulis diperkenalkan oleh produsen Samsung pertama kalinya di mana ini-itunya terasa serba kurang.

Hingga beberapa tahun kemudian mereka mengikis ketertinggalan dan di situlah awal babak baru dimulainya perseteruan antara Apple (iOS) dan Google (Android).

Sebagai pihak yang selalu tertinggal, para penggemar OS Android memang kerap mendapatkan cibiran. OS Android dilabeli lelet, banyak bug, produk hasil produksi kawasan Asia, dan kekurangan lainnya.

Hal ini nampak berbeda dengan mereka pengguna iOS dimana secara ekonomi harga iPhone memang mahal, digunakan oleh kalangan elite dan berkelas, eksklusif karena produk buatan negeri Paman Sam, lebih smooth dan minim bug, serta keunggulan lainnya.

Kemiripan antarmuka Android dengan iOS menambah perseteruan keduanya tak terkecuali kepada penggemar fanatik "fanboy" dua kubu tersebut. Saling bully dan saling merasa kubunya terbaik ialah suatu yang umum ditampilkan oleh kedua belah pihak sebagai resonansi dendam kesumat akibat sakit hati.

Menurut penulis perseteruan itu juga tidak bisa disanggah sebagai buah dari kesengajaan guna mendorong penjualan perangkat baik Apple maupun Android.

Bagi produsen, tidak menjadi masalah bila pengguna saling berseteru (masalah personal) dan mereka tak ada kaitan di baliknya karena apa yang terpenting bagi mereka ialah memetik keuntungan dari momentum itu.

Namun meskipun para fanboy tahu kalau mereka dalam rekaan drama persaingan bisnis, nampaknya mereka tidak mempedulikannya dan tetap menyatakan bahwa kubunya lebih unggul.

Walau mengagumi Apple, penulis merupakan pengguna Android. Bukan kenapa-kenapa, memang secara ekonomi penulis hanya mampu membeli hape berbudget tipis dengan OS Android. Lepas dari kekurangan yang ada, bagi penulis tidak menjadi masalah dan menerimanya dengan lapang dada.

Penulis pun tidak pernah mau ikut-ikutan dalam perseteruan Apple dan Android karena hanya akan membuang-buang waktu saja. Siapa yang lebih unggul, bagi penulis terserah. Terkecuali kalau salah satu bisa berubah jadi Optimus Prime maka itu lain persoalan. Hahaha.

"Perangkat itu hanya alat bantu, bukan segalanya"

Demikian artikel penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun