Per tanggal 22 September 2020, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat ada 1.122 kasus positif Covid-19 baru. Dengan demikian total kasus pasien positif Covid-19 di DKI Jakarta berjumlah 65.318.
Diketahui pula Pemprov DKI Jakarta telah melakukan tes PCR sebanyak 10.319 spesimen. Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 8.148 orang dites PCR hari ini. Hasilnya terdapat 950 positif dan 7.198 negatif.
Dari data diatas, kasus aktif di DKI Jakarta sebanyak 13.221 jiwa baik pasien yang dirawat maupun isolasi. Sedangkan jumlah pasien sembuh sebanyak 50.473 orang dan kasus pasien meninggal sebanyak 1.624.
Sebagaimana diketahui kurva pasien positif Covid-19 di Ibukota belum menunjukkan penurunan hingga kini. Semenjak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) "Pengetatan" kembali dilakukan grafik pasien positif Covid-19 cenderung tetap di kisaran 1000 orang per-harinya.Â
Gambaran ini tentu masih menjadi pekerjaan rumah kedepannya baik bagi pemerintah pusat maupun DKI Jakarta yaitu menemukan cara efektif untuk mengurangi tren penyebaran dan penularan Covid-19.
Disaat grafik pasien positif Covid-19 di Jakarta belum memperlihatkan optimisme. Kini Ibukota Jakarta mulai menghadapi ancaman musibah banjir yang jadi permasalahan klasiknya.
Intensitas hujan yang tinggi di daerah hulu pada Senin (21/9/2020) menyebabkan beberapa wilayah Jakarta terendam oleh banjir keesokan harinya. Berdasarkan keterangan Kapusdatin BPBD DKI Jakarta M.Insaf mengatakan berdasarkan update data pukul 06.00 WIB terdapat 63 RT dan 23 ruas jalan yang terendam dengan ketinggian air beragam. Akibat banjir kemarin itu, 104 warga mengungsi 5 lokasi titik pengungsian yang telah disiapkan.
Berbicara soal banjir Jakarta kiranya tidak akan habis-habisnya persoalan. Musibah banjir sejatinya telah menjadi momok bagi Jakarta yang sampai detik ini belum ditemukan solusinya.
Banyak faktor memang yang menyebabkan Jakarta kebanjiran, dari intensitas hujan yang tinggi baik di daerah hulu dan juga Jakarta, permukaan air laut yang lebih tinggi, permukaan tanah Jakarta terus menurun, langkanya daerah resapan air, sistem drainase yang buruk, sampai kepada prilaku warga yang masih gemar membuang sampah tidak pada tempatnya.
Hampir bisa disimpulkan bahwa banjir harga mati bagi Ibukota. Namun yang jadi pertanyaan ialah apakah masalah banjir ini tidak ada solusi sama sekali? Semisal membuat Giant Sea Wall. Ini kiranya yang masih menjadi misteri.
Bisa dikatakan berganti-ganti kepemimpinan Gubernur di Jakarta berikut langkah-langkah dilakukan untuk menghentikan musibah banjir ini belumlah dirasa ampuh. Diantara para Gubernur ada yang fokus membenahi sistem tata kelola air, ada pula yang fokus kepada penanggulangan dampak (pasca) banjir.Â