Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Anies, Ini Alasan Kenapa Jakarta Bukan Kota Layak Sepeda

5 Juni 2020   14:39 Diperbarui: 25 Juni 2020   08:48 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Anies Baswedan (Republika)

Sebagaimana dikutip melalui laman Kompas. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengimbau masyarakat untuk mengutamakan jalan kaki dan bersepeda untuk mobilitas sehari-hari selama masa transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Juni ini.

"Untuk bapak ibu sekalian, saya ingin menjelaskan beberapa protokol penting yang harus jadi perhatian selama masa transisi ini, untuk pergerakan penduduk utamakan jalan kaki dan bersepeda. Tapi yang terpenting tetap di rumah, cuci tangan tiap kembali bepergian, batasi tamu datang atau jaga jarak," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Kamis (4/6/2020), seperti dikutip Antara.

Kendati demikian, Anies menyebutkan bahwa untuk kendaraan bermotor baik sepeda motor ataupun mobil, bisa beroperasi dengan protokol kesehatan. -

Penulis sebagai seorang yang terbilang masih baru dalam dunia persepedaan dan mulai melakukan kegiatan bersepeda dalam beberapa bulan belakangan ini cukup mengapresiasi imbauan yang Anies kemukakan.

Konteks apa yang Anies ungkapkan pada hakikat tujuannya baik yaitu membudayakan kegiatan berjalan kaki dan bersepeda kepada masyarakat jelang masa transisi berlangsung.

Namun sayangnya Penulis kurang setuju dengan Anies mengenai imbauan untuk membudayakan bersepeda sebagai moda transportasi sehari-hari. Karena apa? Jujur saja, karena kota Jakarta bukan di desain untuk kegiatan bersepeda.

Lepas dari kondisi jalanan di Jakarta yang bisa dikatakan sedikit lowong karena imbas pandemi Corona. Jalan di Jakarta memang bukan ditujukan untuk moda transportasi sepeda.

Pertama. Walau kini Jakarta memiliki jalur sepeda yang menurut Penulis terlalu dipaksakan ada dan hanya menghambur-hamburkan anggaran DKI saja. Anda bisa bayangkan pinggir-pinggir jalanan di Jakarta umum digunakan sebagai lokasi instalasi baik itu layanan listrik, air, jaringan, maupun lainnya.

Bisa dikatakan tidak ada pinggir jalanan yang mulus di Jakarta, hampir semua dihiasi oleh penutup instalasi ataupun tambalan aspal. Dimana hal tersebut berdampak kepada tidak aman dan tidak nyamannya bagi kegiatan bersepeda.

Kedua. Desain jalur sepeda di Jakarta cenderung nyeleneh dan terlihat tidak ditinjau lebih dahulu. Coba bisa Anda bayangkan, di beberapa lokasi di Jakarta terdapat jalur sepeda yang menyerobot trotoar yang dikhususkan bagi pejalan kaki. Contoh di Jl. Jenderal Ahmad Yani, Jl. Pintu Satu Senayan, dan lain sebagainya.

Sudah menyerobot jalur pejalan kaki, kondisi trotoar juga diperparah dengan formasi batu tidak beraturan (yang dapat mencelakakan pengguna sepeda) maupun kegiatan lain semisal tempat nongkrong para Ojol maupun PKL. Opsi lain mau tidak mau pengguna sepeda masuk menggunakan jalur jalan protokol yang dikhususkan bagi kendaraan bermotor dimana harus ikhlas menerima konsekuensi yang mungkin terjadi.

Ketiga. Environmental untuk kegiatan bersepeda belum sepenuhnya tersedia. Benar beberapa jalur sepeda memang ada, tetapi tidak mencakup seluruh wilayah Jakarta.

Kemudian, untuk mengakomodir pergerakan warga yang menggunakan sepeda pada hakikatnya tidak semua instansi maupun perusahaan menyediakan prasarana penunjangnya, semisal mudahnya paddock untuk sepeda parkir.

Keempat. Dalam cakupan kegiatan bersepeda, umum masyarakat Jakarta masih menganggapnya sebagai hobi atau sarana untuk berolahraga. Toh kalau memang kegiatan bersepeda itu sudah menjadi rutinitas warga Jakarta untuk beraktivitas, maka sederhananya jalanan di Jakarta akan ramai dengan warganya yang bersepeda dan bukan malah menaiki kendaraan bermotor.

Kelima. Indonesia merupakan negara beriklim tropis dimana hanya berlaku dua musim yaitu musim panas dan hujan. Dalam kapasitasnya kegiatan bersepeda, musim panas maka Anda akan basah berkeringat dan menjadikan persoalan jika Anda kemudian akan bekerja.

Sedangkan pada musim hujan, Anda akan beresiko basah kuyup, terkena cipratan air kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Secara kesimpulan, kegiatan bersepeda untuk menjalani aktivitas sehari-hari sangatlah tidak efisien atau hanya berlaku kepada individu-individu tertentu saja.

Terakhir dan sebagai penutup. Penulis menyarankan kepada Pak Anies Baswedan sudahilah angan-angan menjadikan Jakarta sebagai Kota layak sepeda. Akan lebih baik fokus anggaran tersebut dialokasikan untuk sarana transportasi publik agar lebih nyaman, aman, dan mengakomodir kebutuhan masyarakat akan transportasi, dengan demikian seiring waktu akan berdampak kepada berkurangnya intensitas penggunaan kendaraan pribadi.

Ketika sudah berbondong-bondong masyarakat berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi publik, dikala jalanan di Jakarta sudah dirasa lowong dan aman bagi pejalan kaki maupun kegiatan bersepeda, di kala environmental penunjang baik untuk pejalan kaki dan pesepeda terpenuhi. Maka silahkan Anda untuk berimajinasi.

Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun