Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apakah Benar Ada Lebih dari Satu "Matahari" dalam Istana?

6 April 2020   13:07 Diperbarui: 6 April 2020   13:03 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istana Negara (Kompas)

Berdasarkan data terupdate mengenai wabah Coronavirus di Indonesia, tercatat total telah terjadi 2.273 kasus aktif Coronavirus diantaranya 1.911 pasien positif dalam proses dirawat, 198 pasien meninggal dunia, dan 164 pasien dinyatakan sembuh.

Sejak kasus positif Coronavirus di Indonesia diumumkan, bisa dikatakan virus misterius ini lambat namun pasti terus berkembang. Indikasi peningkatan jumlah kasus positif kemungkinan besar terealisasi, namun tindak tanduk pemerintah baik pusat maupun daerah dalam upaya mengantisipasi penyebaran wabah Coronavirus serta dukungan masyarakat Indonesia keseluruhan memiliki peran vital agar musibah ini dapat segera usai.

Berbicara soal pemerintahan kiranya andai seorang Jokowi tahu akan datangnya wabah Coronavirus maka mungkin ia akan berpikir lebih dahulu untuk lanjut 2 periode berkuasa. Ibarat pepatah nasi telah menjadi bubur dimana tongkat kepemimpinan telah digenggam, maka mau tidak mau Presiden Jokowi berserta rakyat Indonesia maju tak gentar menghadapi musibah ini bersama-sama.

Enam bulan berjalan kepemimpinan Jokowi memang bisa dikatakan terlalu prematur untuk menilai seberapa signifikan keberhasilannya dalam memimpin Indonesia. Dengan datangnya wabah Coronavirus, tak hanya di Indonesia bahkan seluruh negara di berbagai belahan dunia segera putar haluan untuk lebih fokus menangani musibah yang tidak diketahui kapan berakhirnya ini.

Ketika pemerintah fokus menangani wabah Coronavirus maka untuk masa-masa ini tidak ada istilah rapor kinerja. Publik tidak lagi mempermasalahkan apa saja hasil dari program 100 hari kerja atau 1 tahun masa kepemimpinan kelak para pemangku kepentingan disana, tetapi publik lebih melihat apa impact yang mereka telah lakukan kepada masyarakat Indonesia dalam melewati masa-masa krisis ini.

Dengan kata lain, apa yang Jokowi hadapi saat ini bukan berarti lebih mudah melainkan berkali-kali lebih susah dari sebelum-sebelumnya. Pandemi global Coronavirus punya dampak serius bukan hanya kepada intern Indonesia melainkan seluruh dunia. Coronavirus menyerang tidak sekadar aspek hidup manusia, tetapi pula sektor-sektor penunjang roda perekonomian sebuah negara baik bisnis, industri, keuangan, dan lain-lain sebagainya. Maka hal ini pula menjadi pokok serius yang pemerintahan Jokowi perlu adakan solusinya agar Indonesia dapat tetap kokoh dalam gempuran wabah Corona.

Namun sangat disayangkan ketika Indonesia sedang berjuang menghadapi musibah Coronavirus ini, justru elemen di dalam pemerintahan Jokowi nampak seperti tidak sinkron. Penulis bahkan orang awam pun dapat melihat seperti ada lebih dari satu matahari didalamnya, dimana ada pihak-pihak yang Jokowi bisa kontrol, ada pihak-pihak yang tidak bisa Jokowi jangkau, dan ada pihak-pihak yang seperti bekerja sendiri semaunya. Alhasil tidak menyatunya suara ini menimbulkan irama kegaduhan dan polemik di publik.

Padahal usai pelantikan para menteri dalam Kabinet Indonesia Maju, dalam Sidang Kabinet Paripurna (SKP) perdana. Jauh-jauh hari Presiden Jokowi mengingatkan kepada seluruh jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju untuk tidak bekerja secara sendiri-sendiri. Jokowi menginginkan para menteri bekerja secara tim.

Presiden Jokowi pun menegaskan, "Kerja kita adalah kerja tim, bukan kerja menteri per menteri, bukan kerja sektoral, ini membangun sebuah negara besar, tidak mungkin kerja sendiri, tidak bisa".

Walau benar bahwasanya substansi situasi kondisi atau keadaan saat itu berbeda dengan keadaan saat ini, namun Penulis kira apa yang Jokowi sampaikan pada waktu itu nampaknya sudah sangat jelas bahwa semuanya dalam satu komando. Lantas yang menjadi pertanyaannya, kenapa masih pihak dalam Istana yang masih "dulak dulek" semaunya?

Tentu sebagai pemimpin, ini menjadi pekerjaan rumah bagi Presiden Jokowi dimana ia harus menunjukkan kepada publik bahwa ia benar-benar punya kontrol terhadap para pembantunya. Suara-suara sumbang dalam Istana seharusnya dapat dihindari dan tidak perlu sampai terjadi bilamana cangkem-cangkemnya dapat dijaga sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kisruh bagi publik. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun