Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Banjir Pertemukan Anies Baswedan dan Tri Rismaharini

17 Januari 2020   08:32 Diperbarui: 17 Januari 2020   09:08 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tri Rismaharini dan Anies Baswedan (tribunnews)

Pemilihan Gubernur DKI Jakarta memang masih beberapa tahun kedepan lagi, namun siapa sangka pasca musibah banjir besar yang melanda beberapa wilayah di Indonesia mampu mempertemukan sosok Anies Baswedan dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini, setidaknya di lini masa.

Ya baik Ibukota Jakarta maupun Surabaya sama-sama terendam di bulan Januari ini. Para netizen +62 ramai-ramai mengaitkan musibah banjir yang terjadi di Surabaya dengan melontarkan "satire" bahwa musibah itu terjadi karena salah Anies Baswedan. 

Entah apakah hanya berkelakar ataukah memang karena panutannya kerap terus diserang dan dipojokkan prihal banjir besar Jakarta yang terjadi di awal tahun, netizen sontak menyoroti kualitas kepemimpinan Risma prihal kemampuannya dalam menangani musibah banjir. 

Secara garis besar mereka seolah menyindir bahwa seorang Tri Rismaharini pun tidak mampu mencegah Surabaya terendam.

Dibalik peristiwa tersebut, sebagaimana kita ketahui di beberapa wilayah Indonesia beberapa lama ini sedang tertimpa musibah tak hanya banjir dan tiap wilayah memiliki sosok pemimpin yang bertugas sebagai penanggungjawab. Yang perlu disimak dan menjadi pertanyaan ialah mengapa yang disoroti hanya sosok Tri Rismaharini?

Tumbukan antara Anies Baswedan dan Tri Rismaharini memang bukan kali ini terjadi. Tentu pembaca masih ingat di penghujung tahun 2019 lalu dimana Ketua Fraksi Nasdem DPRD DKI Bestari Barus yang membandingkan pengelolaan sampah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Pemerintah Kota Surabaya. 

Kala itu Bestari mengemukakan bahwa pengelolaan sampah di Jakarta masih konvensional yaitu ditumpuk di Bantargebang. Jika tidak ada perbaikan, pada 2021, Bantargebang akan overload. Tidak mampu menampung sampah.

Bestari kemudian mengatakan bahwa Jakarta butuh teknologi pengelolaan sampah yakni seperti Surabaya dimana jumlah anggarannya jauh lebih kecil. Ia pun secara terang-terangan meminang Walikota Surabaya Tri Rismaharini agar ke Jakarta guna turutserta menyelesaikan persoalan sampah itu.

Hal tersebut pun direspon baik oleh mantan (mengundurkan diri) Ketua Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) DKI Jakarta Bidang Pengelolaan Pesisir Marco Kusumawijaya. 

Akan tetapi respon baik yang ia tweet itu turut menyertakan sindiran kepada Risma prihal kasus yang dihadapi oleh anaknya Fuad Bernardi dalam amblasnya Jalan Raya Gubeng.

Terkait hal tersebut, menurut pandangan Penulis setidaknya ada dua faktor yang menginisiasinya yaitu sosok Tri Rismaharini dan betapa "seksinya" Jakarta.

Kita tidak bisa pungkiri bahwa nama Tri Rismaharini kerap kali digadang-gadang menjadi sosok tepat untuk memimpin Jakarta. Sebagai seorang Wanita dan sosok Ibu, Risma dinilai lebih peka (responsif) dan tegas dalam menangani isu-isu yang terjadi di wilayahnya serta mau turun menghampiri dan melihat kondisi warganya. 

Tidak mengherankan bilamana sosok yang berulang kali masuk daftar pemimpin terbaik di dunia ini begitu disegani oleh warga Surabaya dan dilirik oleh partai-partai besar sebagai calon kampiun dalam pemilihan kepala daerah bahkan Presiden dan Wakil Presiden.

Merujuk kepada hal berikutnya tentu tidak lepas dari pesona Ibukota Jakarta. Penulis kira hampir seluruh kepada daerah di Indonesia tahu betul betapa seksinya Jakarta dan memiliki keinginan besar dalam memimpin Ibukota. 

Anggaran daerah yang fantastis besarnya walau dengan segudang permasalahan, Jakarta tetap menjadi primadona dikarenakan (sejak Jokowi terpilih menjadi Presiden) dengan memimpin Jakarta maka peluang mendapatkan tiket emas kepada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden terbuka lebar. Tidak kaget bukan bilamana sosok Anies Baswedan kerap kali diumbar (dicitrakan) sebagai "Gubernur rasa Presiden".

Kembali kepada sosok Tri Rismaharini bahwasanya genderang perang telah ditabuh. Penulis kira dalam periode waktu kedepan dan mendekati Pilgub DKI Jakarta 2022 mendatang intrik-intrik politik yang mengikutsertakan kepala daerah akan sering terjadi. 

Siapapun ia maka prestasi maupun keburukan lainnya kemungkinan besar akan disandingkan (banding) dengan sosok Anies Baswedan sebagai barometer. 

Maka pertanyaannya adalah siapa yang suaranya lebih lantang nantinya untuk memimpin Jakarta. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

- "Apa perbedaan antara mengeritik dan membenci? Memberi kritik yaitu berusaha agar pihak yang menjadi bahan kritiknya lebih baik. Sedangkan membenci yaitu berusaha agar pihak yang dibencinya gagal." - 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun