Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Berpikir dengan Kepala Dingin Kisruh KPAI dan PB Djarum

10 September 2019   11:05 Diperbarui: 10 September 2019   15:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulu tangkis sebagai icon Indonesia (jabar.tribunnews)

Penulis tak akan berbasa-basi diawal materi ini, toh sudah banyak kanal berita online yang mempublikasikannya dan menjadi perhatian publik. Secara kesimpulan kisruh antara Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan PB Djarum masih berlangsung hingga kini. Berbagai pihak berupaya turun tangan untuk memediasi kedua belah pihak agar mendapatkan titik temu.
Mengenai kisruh antara KPAI dan PB Djarum, menurut pandangan Penulis bagaimanapun kondisinya memang akan berat bagi salah satu kubu yaitu KPAI.

Simplenya begini, mau KPAI beralasan benar sekalipun prihal apa yang dilakukan oleh PB Djarum melanggar aturan dengan asumsi memanfaatkan anak-anak untuk mempromosikan merek "Djarum" yang identik dengan produk rokok.

Toh secara histori tidak bisa disanggah bahwa PB Djarum berjasa besar atas regenerasi atlit-atlit bulu tangkis di Indonesia yang mampu meraih prestasi dan mengharumkan nama tanah air di kancah dunia.

Cabang olahraga bulu tangkis sudah seperti menjadi "icon" bagi bangsa ini dan salah satu cabang olahraga yang digandrungi oleh masyarakat Indonesia selain sepakbola.

Sederet nama-nama besar legenda bulu tangkis Indonesia lahir dari audisi PB Djarum laksanakan, sebut saja Liem Swie King, Christian Hadinata, Arbi B wiranata, Alan Budikusuma, ganda putra Sigit Budiarto dan Chandra Wijaya, dan masih banyak lainnya. Nama-nama tersebut bukan saja telah berjasa bagi Indonesia tetapi nama mereka sudah melekat di hati rakyat Indonesia.

Disini KPAI seharusnya melihat bahwa bukanlah nama "Djarum" yang rakyat Indonesia elu-elukan. Mereka (Djarum) sekadar "pihak dibalik layar" dari apa atlit bulu tangkis Indonesia capai.

Kemudian prihal makna "Djarum" yang akrab oleh masyarakat kenal sebagai merek dagang produk rokok. Kita memang tidak bisa menyanggahnya, toh realitanya demikian.

Akan tetapi apakah ada eksploitasi dari apa yang dimaksudkan bahwa brand image tersebut punya maksud terselubung yang berdampak menjadikan generasi muda negeri ini akan menjadi seorang perokok atau sesuatu yang diidentikkan negatif? Tentu ini perlu penelitian lebih lanjut.

Namun hampir dipastikan bahwa mengapa seseorang menjadi perokok bukan disebabkan oleh betapa "macho"-nya iklan produk rokok di media, melainkan lebih disebabkan oleh keinginan pribadi coba-coba dan pengaruh dari pergaulan maupun lingkungannya.

Jika KPAI melarang merujuk kepada "brand image" maka yang dikhawatirkan di kemudian hari kemungkinan permasalahan yang sama akan timbul dikarenakannya. Merek-merek dagang lainnya bisa saja menulai polemik dengan dalih mencari-cari dimana letak salahnya.

Walau demikian menurut Penulis kisruh ini bukan berarti "kiamat" bagi perbulutangkisan Indonesia. Apabila Penulis seorang marketing yang lihai, Penulis justru akan menggunakan momentum ini untuk membuat audisi bulu tangkis jilid dua.

Animo dan support masyarakat Indonesia terhadap cabang olahraga bulu tangkis sangat besar, kenapa tidak? Bibit-bibit unggul bulu tangkis di seluruh penjuru Indonesia menanti untuk dituai dan para pemuka bulu tangkis di negeri ini tentu akan berbesar hati untuk turut membantu. Hanya saja tantangannya, apakah audisi dengan idiom baru ini mampu menandingi bahkan melebihi pencapaian yang PB Djarum capai?

Penulis hanya berharap kisruh KPAI dan PB Djarum dapat segera usai dengan baik. Dalam kapasitasnya KPAI merujuk kepada peraturan memang tidak salah, PB Djarum yang memutuskan memberhentikan audisi karena tidak ingin melanggar aturan pun juga tidak salah. Namun setidaknya marilah kedua belah pihak dan seluruh masyarakat Indonesia berpikir dengan dingin memikirkan kepentingan bersama bangsa ini akan keberlangsungan prestasi tanah air kedepannya. 

Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun