Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kebiasaan-kebiasaan Ortodoks Pengguna Ponsel Pintar

30 Januari 2018   10:39 Diperbarui: 30 Januari 2018   10:45 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laju pertumbuhan pengguna smartphone di Indonesia sampai saat ini diproyeksikan masih terus mengalami peningkatan, sebagaimana dikutip dari website Statista.com menyatakan sebagai berikut :

"In 2013, an estimated 24 percent of mobile phone users in Indonesia owned a smartphone and this figure is projected to more than double to 53 percent by 2017. The number of mobile phone numbers in the country stood at around 173 million in 2013 and will rise to over 195 million people by 2017. This means that a projected 103.5 million people in Indonesia will own a smartphone in 2017, equivalent to 37,5 percent of the entire population."

Berdasarkan pernyataan diatas maka hal tersebut selaras dengan data statistik Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang mencatat status registrasi SimCard Prabayar per Minggu, 28 Januari 2018 sebanyak 171.636.014. Dibalik meningkatnya pengguna smartphone di tanah air dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, seperti perangkat yang kian terjangkau, budaya konsumerisme masyarakatnya yang tinggi, trend gaya hidup, serta faktor-faktor pendukung lainnya.

Smartphone selayaknya kini menjadi sebuah keharusan dimana fungsinya tidak hanya terbatas pada komunikasi semata menggantikan tugas telepon rumah dan telepon umum, melainkan kini fungsinya lebih luas lagi seperti sebagai penunjang kerja, aktivitas, sarana informasi dan hiburan. Maka tak jadi mengherankan bilamana smartphone kunjung menjadi primadona di tahun-tahun mendatang seiring hadirnya produk-produk, fitur, maupun fungsi baru kedepannya.

Namun antusiasme terhadap smartphone di Indonesia walau didukung daya serap yang tinggi oleh masyarakatnya dapat dikatakan masih ortodoks. Hal ini tergambarkan dari kebiasaan-kebiasaan masyarakatnya (pengguna smartphone), sebagai berikut :

1. Umum pengguna smartphone di Indonesia membeli perangkat untuk dijual kembali. Bagi mereka yang menerapkan hal ini berdalih smartphone sebagai barang yang nilainya akumulatif menurun tetapi masih dapat dimanfaatkan sekiranya guna mengganti dengan perangkat yang lebih baru di kemudian hari. Tidak mengagetkan walau hadirnya produk-produk di pasaran keberadaan smartphone-smartphone lama (bekas) masih tetap eksis diperjualbelikan.

2. Umum pengguna smartphone di Indonesia tidak mengetahui prihal perangkat yang dibelinya secara keseluruhan. Mereka membeli berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang secara umum digunakan walau harga perangkat dibanderol tinggi maupun dilengkapi fitur atau teknologi canggih terkini. Mungkin hal ini bisa dijadikan rujukan kepada produsen-produsen smartphone untuk memangkas biaya promosi dan meperuntukkan kepada hal yang lain lebih bermanfaat lagi.

3. Umum pengguna smartphone di Indonesia membeli perangkat berdasarkan rujukan kata orang atau "word to mouth marketing (WOMM/WOM)". Bagi mereka yang mengadaptasikan hal ini seolah menyatakan kisah atau pengalaman seseorang memiliki pengaruh lebih dalam memutuskan seperti apa perangkat yang musti dibelinya. Sangat jarang mereka menggunakan referensi sumber dari luar reviewer media maupun personal untuk dijadikan rujukan.

Kiranya diatas merupakan gambaran dari kebiasaan-kebiasaan ortodoks yang umum terjadi kepada pengguna smartphone dan mengapa atmosfer seperti itu membuat pangsa pasar smartphone-nya menjadi unik. Seiring dengan terus meningkatnya pengguna smartphone di tanah air maka menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi para produsen bahwasanya tidak cukup hanya membangun pondasi dan mengibarkan bendera (menjual produk) di Indonesia, akan tetapi mereka juga harus turut membangun persepsi dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap produk agar terlihat menarik. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun