Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

AI, Interpretasi Manusia sebagai Makhluk Sempurna

9 Oktober 2017   11:33 Diperbarui: 9 Oktober 2017   12:01 1566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AI (sumber : vincejeffs.com)

Apa itu Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan? Menyadur dari makna dalam Bahasa Inggris, yang dimaksud dengan AI adalah "the theory and development of computer systems able to perform tasks that normally require human intelligence, such as visual perception, speech recognition, decision-making, and translation between languages".

Seperti apa yang dijabarkan AI merupakan turunan dari pengembangan Sistem Informasi dalam bentuk bahasa pemerograman yang disusun untuk dapat mengeksekusi perintah selayaknya manusia dapat lakukan. Oleh karena itu, seiring waktu lahir bahasa pemerograman baru dimana strukturnya lebih sederhana, mampu mengadaptasikan bahasa manusia, dan dapat mengeksekusi perintah lebih kompleks lagi.

Sebagai gambaran dalam kehidupan nyata, seseorang ingin pergi ke sebuah lokasi. Dengan menggunakan apps maps maka sistem akan menunjukkan arah ke tempat yang dituju dan AI akan memberikan informasi arah hingga sampai di lokasi. Sebagaimana AI merupakan pengembangan dari teknologi, AI memiliki kesamaan persepsi akan tujuan yaitu membantu manusia dalam aktivitas sehari-hari. Jika diibaratkan AI selayaknya malaikat dimana tugasnya adalah hanya menjalankan perintahNya.

Kemudian hal-hal mengenai AI pun sering diadaptasikan ke layar kaca, seperti KIT dalam serial Knight Rider, JARVIS dalam film Ironman, ARIIA dalam film Eagles Eyes, Viki dalam film iRobot, dan masih banyak lainnya. Sebagaimana dalam film umumnya menceritakan AI sebagai sebuah sistem terintegrasi yang futuristik dan dapat pula berinteraksi. 

Dalam dunia permainan PC maupun console, AI bukanlah sesuatu yang baru. AI dibentuk untuk memberikan nuansa real dan pengalaman bermain kepada pengguna. Sebagai contoh game bergenre 3rd Person RPG dimana AI berperan sebagai musuh yang mampu merespon apa yang pemain lakukan dalam menyelesaikan sebuah misi atau lebih simplenya seperti anda sedang bermain catur melawan komputer. Oleh karena itu mengapa didalam permainan diimplementasikan tingkat kesulitan.

Pengembangan AI sampai detik ini terus dilakukan hingga terciptanya AI yang benar-benar sempurna. Namun pada perjalanannya, menciptakan sebuah sistem terintegrasi yang memiliki kemampuan layaknya manusia merupakan hal yang mustahil untuk dicapai. Sebagai gambaran dalam sebuah pengembangan mobil otonom dimana AI tidak dapat mengimbangi refleks manusia dalam membuat keputusan.

Sebuah kejadian di mana mobil otonom yang sedang melaju menghadapi situasi kendaraan didepannya mengerem secara mendadak, mobil otonom seketika merespon dengan melakukan manuver menghindar ke jalur lain yang justru menyebabkan kecelakaan dengan kendaraan lain.

Dalam kasus tersebut, AI cenderung menggunakan logika sesuai apa perintah yang membentuknya. Jalur lain sebagai alternatif solusi dari situasi genting yang dihadapi tetapi AI gagal merespon kondisi disekitarnya. Berbeda halnya dengan manusia dimana refleks mampu membuat keputusan singkat dalam situasi genting, layaknya supir bus penumpang yang akan membanting stir ke arah sawah untuk menghindari tabrakan ketimbang memilih jalur berlawanan arah yang memungkinkan kecelakaan jauh lebih parah.

Diluar konteks pengembangan, perihal AI ini menjadi topik perdebatan hangat tokoh-tokoh ranah teknologi. Timbul kekhawatiran dengan diciptakannya AI justru dapat membahayakan diri manusia dan mengakibatkan tidak berkembangnya manusia disebabkan ketergantungannya terhadap AI. Sebagaimana AI dikembangkan oleh manusia maka AI tidak luput dari kekurangan maupun kesalahan seperti apa yang terjadi pada mobil otonom. 

Peran manusia mutlak dibutuhkan, bukan hanya sebagai pengguna tetapi juga sebagai pengawas guna mengantisipasi kegagalan yang mungkin terjadi pada sistem. AI boleh saja hadir dalam kehidupan manusia, tetapi AI tidak dapat menggantikan manusia. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun