Teknologi akan terus berkembang selama manusia eksistensi di muka bumi ini. Mungkin kalimat tersebut mewakili apa yang dibenak Penulis bahwasanya teknologi terbaru akan terus bermunculan, sebagaimana inovasi-inovasi yang manusia kembangkan guna mempermudah kegiatan manusia sehari-hari pada bidangnya. Kemajuan teknologi yang mustahil terbendung ini menandakan "perubahan adalah sesuatu yang mutlak seiring majunya zaman", oleh karena itu sebagaimana teknologi berkembang maka manusia modern dituntut untuk mampu beradaptasi dan mengantisipasi (sisi negatif) hadirnya teknologi baru kedepannya.
Salah satu penjajakan akan perkembangan teknologi internet yaitu dengan hadirnya jasa layanan penyedia transportasi berbasis online seperti UBER, Grab, dan Gojek yang tumbuh pesat di lingkup Ibukota DKI Jakarta. Walau demikian pamor jasa layanan transportasi daring bukanlah tanpa hambatan, tercatat beragam bentuk aksi penolakan terjadi dimana sebagian pihak merasa dirugikan (angkutan umum, ojek pangkalan, dan lain-lain) dengan kehadiran jasa layanan transportasi tersebut.
Terlepas dari polemik yang terjadi, nampaknya pihak-pihak yang merasa dirugikan tidak dapat berbuat banyak manakala masyarakat Jakarta mengapresiasi lebih hadirnya inovasi ini. Kemudian beberapa faktor eksternal turut serta mendorong tumbuh berkembangnya jasa layanan transportasi online, antara lain :
1. Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan bisnis.
2. Problematika kemacetan Jakarta yang tidak kunjung usai.
3. Minimnya kualitas dan layanan transportasi umum.
4. Jumlah yang fantastis pengguna internet dan perangkat mobile yang kian terjangkau.
Lalu pertanyaan terbesarnya apakah dengan realita yang sedemikian rupa (fenomena jasa layanan transportasi online) sebagai individu tetap akan menolak hadirnya teknologi baru?
Kita bisa amati bahwasanya perkembangan jasa layanan transportasi online di beberapa daerah mengalami penolakan selayaknya seperti apa yang terjadi sebelumnya di Jakarta. Konflik kepentingan dimana sumber mata pencaharian selalu dijadikan kambing hitam perebutan, tidak terimanya individu akan kemajuan teknologi sampai-sampai tidak mampu menahan emosi dan tak segan untuk beradu otot di jalanan.
Rongrongan akan bentuk keberpihakan selalu ditujukan ke pemerintah yang dinilai berat sebelah cenderung mendukung hadirnya inovasi. Lalu mengapa transportasi umum tidak berbenah dan mengejar ketertinggalan yang selama ini masyarakat keluhkan?
Pada hakikatnya antara transportasi umum dan hadirnya jasa layanan transportasi berbasis online dapat bergandeng tangan berjalan seiringan, dikarenakan kebutuhan akan moda transportasi (selain milik pribadi) tetap tinggi didasari bertambah terusnya populasi serta dibangunnya infrastruktur-infrastruktur baru dikemudian hari.