Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Teror Las Vegas, Buah Simalakama Kepemilikan Senjata

5 Oktober 2017   11:56 Diperbarui: 5 Oktober 2017   14:08 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sekiranya lebih dari 50 orang meninggal dan ratusan orang lainnya mengalami luka-luka dalam peristiwa penembakan yang terjadi di Las Vegas, Nevada. Pelaku penembakan, Stephen Paddoc ditemukan tewas bunuh diri setelah pihak berwajib menerima laporan kejadian dan menyisir tempat yang diduga sebagai lokasi pelaku penembakan. Tak kurang dari 20 buah senjata ditemukan berikut ratusan amunisi diamankan dan hingga kini pihak aparat berwajib masih menelusuri motif yang melatarbelakangi kasus tersebut. Peristiwa yang terjadi di Las Vegas menjadi tragedi berdarah kedua terparah yang Amerika alami setelah peristiwa 911 di tahun 2001 silam.

Kisah pilu yang dialami negeri Paman Sam seketika menyeruak melalui ragam media. Semua pihak dapat melihat betapa kepanikan melanda pengunjung musik festival kala itu, mereka berhamburan mencari tempat perlindungan setelah mengetahui korban berjatuhan dan rentetan suara tersebut bukanlah bagian dari acara musik festival melainkan bunyi senapan pelaku penembakan. Setelah teror mencekam usai, bala bantuan berdatangan guna menolong para korban.

Semua pun bertanya-tanya siapa orang yang sampai begitu tega melakukan tindakan tidak beradab tersebut, apakah penembakan membabi buta itu merupakan aksi terorisme? Sekilas memang semua terasa masuk diakal, begitu aktif negara Amerika dan sekutunya dalam membasmi aksi terorisme membuahkan konsekuensi negara-negara mereka menjadi sasaran aksi terorisme. Terlebih setelah kejadian, ISIS turut serta mengklaim bertanggungjawab semakin memperkuat dugaan.

Namun sehari berselang, publik dunia dikejutkan melalui otoritas berwenang bahwasanya pelaku penembakan yaitu Steven Paddock pria 64 tahun tidak memiliki kaitan dengan organisasi teroris, seorang yang berkecukupan secara ekonomi, berprofesi profesional gambler, dan tidak memiliki catatan kriminal. Senjata-senjata yang ia dapat juga legal (menurut hukum di Nevada) sebagaimana baik senjata semi-otomatis secara legal boleh dimiliki individu berikut senjata otomatis dengan terlebih dahulu melengkapi persyaratan dari otoritas setempat. Lalu pertanyaan terbesarnya mengapa seorang Steven Paddock dapat melakukannya?

Ada kalimat yang mengatakan bahwa setiap aksi kejahatan didahului oleh niat, dimana mengartikan bahwa suatu tindakan merupakan hasil dari sebuah keputusan bulat (logis atau tidak logisnya perbuatan) dari pelakunya. Kemudian sebuah keputusan umum dilandasi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal sebagai pemicu. Apa yang ada dibenak Steven Paddock kala itu tentu tidak kita akan ketahui, namun memberondong peluru ke arah kerumunan orang merupakan tindakan biadab yang tidak bisa diterima oleh akal sehat.

Kemungkinan hadirnya pemicu dalam sebuah tindakan tidak bisa diketahui oleh siapapun terkecuali diri pribadi, tidak bisa terdeteksi namun bisa diamati. Hal ini sangat sulit direalisasikan bilamana seseorang hidup mengucilkan diri atau minim sosialisasi. Penulis menggambarkan layaknya seorang yang marah namun dipendam (dendam) seperti sebuah ketel air yang menunggu untuk mendidih, sangat berbeda dengan orang yang ekspresif dimana ia langsung mengungkapkan amarahnya. Mempersiapkan lebih dari 20 senjata, dimana lokasi penembakan berlangsung, dan siapa yang menjadi targetnya itu sudah menggambarkan sesuatu hal yang telah direncanakan, sesuatu luapan dari bentuk amarah yang ingin segera dilampiaskan.

Di satu sisi mengenai kepribadian, di sisi lain faktor-faktor eksternal dimana kepemilikan senjata oleh individu menjadi sesuatu hal yang legal. Senjata yang diperuntukkan guna melindungi diri seketika menjadi buah simalakama guna tujuan menghabisi nyawa. Hal tersebut diperparah manakala kemapanan diri secara ekonomi membuat pelaku lebih mudah memiliki banyak senjata tanpa ada batasan. Konflik kepentingan akan bebasnya peredaran senjata di Amerika menambah daftar hitam dengan adanya kejadian ini, aturan yang ketat dalam kepemilikan senjata ternyata tidak berkhasiat meredam tindakan kekerasan yang nampaknya mengalami trend lonjakan semenjak isu SARA dan kebencian mencuat disana.

Prihal bagaimana senjata yang begitu banyaknya bisa sampai di lokasi kiranya masih perlu ditelusuri, apakah ada kelalaian dari pihak pengelola hotel ataukah ada pihak lain yang terlibat. Hingga kini aksi penembakan di Las Vegas, Nevada masih dalam penyelidikan otoritas setempat dan semoga segera menemui titik terang. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun