Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tingginya Angka Kemiskinan, Salahmu Dewe

31 Juli 2016   15:55 Diperbarui: 31 Juli 2016   16:16 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini tema meningkatnya kemiskinan di Jakarta menjadi primadona di berbagai media dan melalui kesempatan ini Penulis ingin membahasnya. Apa itu Kemiskinan? Singkatnya kemiskinan adalah hidup tidak layak, apabila dijabarkan maka kemiskinan mempresentasikan keadaan seseorang dimana ia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Mengacu kepada kata "tidak dapat memenuhi kebutuhan" maka tentu ada faktor-faktor berantai yang menyebabkan hal tersebut terjadi, diantaranya pengangguran yang ditenggarai oleh sifat dan sikap malas, minim keterampilan, kebodohan, kurangnya lahan pekerjaan, kesenjangan sosial, melambatnya roda perekonomian, pola hidup konsumtif (gaya hidup tinggi), dan lain-lain sebagainya. Kemiskinan tidak ada kaitannya langsung dengan siapa yang memimpin, namun keputusan sebagai pemimpin memiliki dampak signifikan kepada nasib rakyatnya karena erat kaitannya dengan kesejahteraan.

Indikasi penyebab utama meningginya kemiskinan bisa dilihat dengan tingginya harga pasar akan kebutuhan pokok, mengapa? Sebagai dasar kebutuhan hidup maka semakin tingginya harga pasar akan mengakibatkan meningkatnya biaya hidup, sedangkan dilain pihak faktor pendukung hidup yaitu penghasilan tidak mengalami perubahan. Untuk kasus diatas tentu hanya berlaku kepada mereka yang berpenghasilan tetap dalam kategori kalangan menengah kebawah, belum mempertimbangkan bagaimana mereka yang berpenghasilan tidak menentu? 

Anda bisa membayangkan bagaimana sulitnya keadaan dikala biaya hidup meningkat, tentunya individu wajib melakukan penghematan atau memprioritaskan mana yang ia butuhkan yang berakibat menurunnya konsumsi publik yang berdampak pada perlambatan roda ekonomi.

Inilah yang menjadi permasalahan klasik dan berkelanjutan di Jakarta walau ditunjang pilar kehidupan yang memadai, akan tetapi punya andil terhadap meningginya harga pasar dimana penghasilan kalangan menengah keatas menjadi acuan dasar oleh karena itu mengapa pemerintah begitu kesulitan dalam mengontrol harga. Hal ini diperparah dimana umum apa yang terjadi sekarang masyarakat lebih mengedepankan pola gaya hidup tinggi dikarenakan beragam alasan yang justru malah semakin menghimpit kehidupan mereka dan berdampak kepada melebarnya kesenjangan sosial antara si miskin dan si kaya disertai tingginya angka tindak kejahatan. Lalu bagaimana mengatasi permasalahan ini?

Salah satu solusi yang bisa Penulis ambil yaitu dengan pemerintah giat melakukan operasi pasar tepat sasaran guna menstabilkan harga, tujuannya agar masyarakat kalangan bawah mendapat penghidupan yang layak sehingga "kualitas hidup"-nya meningkat. Akan tetapi kembali perlu dibarengi pula adanya bentuk kesadaran masyarakat itu sendiri bahwa langkah yang pemerintah ambil bukan bermaksud untuk memanjakan diri tetapi lebih kepada motivasi agar masyarakat ikut memperbaiki kehidupannya.

Kita ketahui bersama bahwa kehidupan kian hari kian sulit, namun bukan berarti kita langsung memproklamirkan bahwa kesemua kesalahan tertuju kepada siapa yang berada di pucuk kekuasaan. Seringkali kita melupakan bahwa kesusahan yang kita dapatkan disebabkan oleh prilaku diri pribadi yang cenderung malas dan konsumtif, mengedepankan apa yang tidak terlalu kita butuhkan dan terus menerus mencari kambing hitam untuk disalahkan. 

Dalam kondisi kesusahan ini pula kita pun perlu mengingat akan pentingnya hidup berhemat, berhemat bukan untuk bertujuan agar kaya melainkan bagaimana agar hidup dengan layak diikuti motivasi untuk memperbaiki hidup agar lebih baik lagi kedepannya. Demikian artikel Penulis mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun