Mohon tunggu...
Veronica Endang
Veronica Endang Mohon Tunggu... traveler, writer -

hanya setitik debu di jagat raya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ngebolang ke Paris, Jangan Lupa Naik Menara Eiffel

16 Mei 2015   20:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:55 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto diambil dari puncak menara Eiffel (dok. Pribadi)

Kalau sudah sampai ke Paris tentu obyek wisata pertama yang wajib dikunjungi adalah menara Eiffel yang kesohor itu. Bener banget, saya juga masukkan menara Eiffel di urutan pertama trip saya ke Paris. Menara yang tingginya sekitar 301 m ini amat cantik dan elegan, lebih indah dari yang saya bayangkan. Pokoknya waktu itu mulut saya cuma bisa melongo sambil bilang “Woooww” melihat konstruksi menara terkenal ini di hadapan saya. Mungkin perancang menara besi ini yakni Gustave Eiffel tidak pernah menyangka karyanya bisa menjadi sebuah ikon kota Paris yang mendunia.

Eiffel yang cantik berdiri dengan anggunnya di Champ de Mars persis di tepi sungai Seine yang indah, membuat saya betah berlama-lama memandang menara tertinggi di Paris yang dibangun tahun 1889 itu. Eh, tapi jangan kelamaan bengong memandang Eiffel dari bawah, yuk kita naik ke puncak menara Eiffel yang konon dulu sempat ditolak dibangun di kota Barcelona dan ketika dibangun di Paris sempat dikritik masyarakat luas karena dianggap mengganggu mata. Nah, waktu itu saya sengaja datang pagi-pagi (sekitar jam delapan) untuk antri tiket naik menara Eiffel. Ada dua antrian yang masing-masing sudah mengular panjang. Antrian pertama adalah antrian untuk pengunjung yang mau naik ke tingkat pertama dan kedua menggunakan tangga sementara antrian kedua yang saya ikuti adalah antrian menggunakan lift. Harga tiket untuk antrian lift adalah 15 euro. Cukup murah apalagi ini jadi kesempatan langka bisa naik menara Eiffel dan menikmati Paris dari atas.

Tetapi sayangnya ketika sedang antri tiba-tiba ada petugas yang memberitahukan kepada kami bahwa lift menara sedang rusak dan akan diperbaiki hingga saat yang belum bisa ditentukan. Waaahhh..pengunjung lalu berteriak kecewa dan kami disarankan untuk bergabung dengan antrian sebelah yang menggunakan tangga.

Alamak…pakai tangga rasanya saya gak kuat, deh!

Beberapa pengantri di depan saya sudah pindah ke antrian tangga yang makin panjang sementara beberapa masih bertahan. Berkali-kali petugas mengingatkan kami untuk pindah antrian saja tapi saya dan beberapa pengunjung lain memilih tetap ngantri di antrian lift. Tentu saja sambil komat kamit berdoa semoga lift bisa cepat diperbaiki.

Kesabaran saya tidak sia-sia. Tak disangka sekitar dua jam kemudian petugas kembali datang dan memberi informasi kalau lift sudah bisa dipakai. Yeayy! Senangnya …

Dengan antrian yang amat sangat sedikit maka saya bisa segera mendapatkan tiket dan tak berapa lama sudah berada dalam lift menuju tingkat kedua Eiffel melewati sekitar 340 anak tangga. Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, saya sudah berada di pucuk Eiffel. Keluar dari lift pengunjung diarahkan petugas untuk menuju tempat yang disediakan di sekeliling menara agar dapat menikmati sensasi di atas Eiffel. Ruangan yang ada dilapisi teralis besi dan di atas ada juga teropong yang bisa digunakan pengunjung.

Jangan tanya pemandangan di bawah. Kota Paris bermandikan cahaya matahari pagi terlihat amat memukau dibelah sungai Siene yang cantik. Saya tak hentinya berdecak kagum menikmati keindahan ini, rasanya seperti mimpi bisa berada di puncak menara Eiffel, di jantung kota Paris. Saya lalu sibuk selfie mengabadikan moment langka ini. Sayangnya saya tidak bersama pasangan jadi cuma bisa gigit jari waktu lihat pengunjung lain datang berpasangan dan berfoto mesra di menara Eiffel, ikon cinta yang terkenal ini. Ah, tiba-tiba jadi ingat si belahan jiwa di Indonesia, kapan-kapan mau banget ke Eiffel lagi bersama pasangan.

Sekali seumur hidup, mengapa tidak?

Salam Travel

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun