Mohon tunggu...
PK SANHAN LAN RI
PK SANHAN LAN RI Mohon Tunggu... -

Pusat Kajian Sistem Administrasi Negara dan Hukum Administrasi Negara / Deputi Kajian Kebijakan / Lembaga Administrasi Negara RI

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tambal Sulam Pendidikan Vokasi, Balada Anak SMK Mencari Kerja

27 Februari 2018   13:00 Diperbarui: 27 Februari 2018   13:06 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meningkatnya bidang IPTEKs secara menyeluruh di Indonesia, Asia, dan dunia berbanding lurus dengan kebutuhan terhadap keberadaan tenaga terampil, yang sudah menjadi harga mati. Termasuk pesaing yang datang dari luar, khususnya dari ASEAN melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)nya. Namun kualitas lulusan tenaga terampil khususnya SMK  belum sepenuhnya selaras dengan tuntutan industri. Hal ini berdampak pada tingkat penggangguran lulusan SMK mendominasi bursa kerja. Melalui konsolidasi aktif dengan Kementerian/lembaga dan Dunia Kerja Dunia Industri (DUDI), kami merekomendasikan penguatan lingkar kebijakan publik yang mengikat dan legal formal terkait: pemurnian semangat/kinerja Pendidik, standarisasi sarana dan prasarana, uji kelayakan SMK, dan SMK binaan.

Pendahuluan

Ki Hadjar Dewantara menggarisbawahi Pendidikan sebagai seluruh tahapan pengembangan kemampuan dan perilaku manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan dalam proses memerdekakan sekaligus pendewasaan susila. Pendidikan diharapkan memerdekakan diri mengarah pada proses pendewasaan susila yang bermuara pada inovasi diri mengatasi permasalahan hidupnya. Namun, idealisme Proses Pendewasaan dalam Pendidikan tidak (selalu) berjalan sesuai harapan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pengangguran Indonesia periode Agustus 2017 dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,50 persen.  Berdasarkan Berita Resmi Statistik No.103/11/Th.XX, 06 November 2017 -BPS, tercatat sebanyak 128,06 juta penduduk Indonesia adalah angkatan kerja. 

Jumlah pengangguran bertambah 10 ribu orang, daerah perkotaan sebagai daerah perputaran roda perekonomian menjadi ranking pertama (6,79%) disusul desa dengan (4,0%). Walaupun dari segi persentase TPT turun sebesar 0,11 poin, fakta lain yang menyeruak  di lapangan akhir Agustus 2017, dominasi TPT lulusan SMK menduduki persentase tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan lainnya. Dengan capaian 11,41 persen, jumlah pengangguran dari lulusan pendidikan vokasi, baik sekolah menengah kejuruan maupun diploma I-III, membengkak setahun terakhir. 

Sekitar11,41% Pengangguran terbuka ditempati oleh sekolah menengah kejuruan. Bulan ketujuh 2017, jumlah pengangguran mencapai 7,04 juta jiwa, dengan rasio perbandingan SD sebanyak 2,62%, SMP 5,54%, SMA 8,29%, Diploma 6,68%, dan Universitas 5,18%. Berbasis pada jenjang pendidikan, SMK mendominasi TPT  rentang waktu 2016-2017.

Pun, lulusan SMK seyogyanya merupakan garda lapangan yang dicari bukan justru mencari pekerjaan. Lulusan SMK belum sepenuhnya terserap sebagai pekerja di dunia di Industri. Stigma "setengah matang" menjadi tanggungan dunia industri dalam menerima tenaga terampil SMK. Hubungan harmonis antara SMK dan Industri mempengaruhi bagaimana karakter dan skill (hard dan soft) siswa dapat terbentuk untuk menghadapi dunia kerja yang penuh tantangan dan persaingan. Pertanyaan menggelitik muncul, Apa lulusan SMK ini sudah benar-benar merdeka dan dewasa susila secara keilmuan? Atau tergolong lulusan normatif yang berpatokan pada Standar Kompetensi (SK) dan kompetensi Dasar (KD) semata tanpa adanya semangat magis?

Terhitung genap tahun 2017,  data publikasi kemendikbud menyatakan ada sekitar 13.236 SMK dengan jumlah siswa diatas empat juta. Dengan berlebihnya suplai lulusan SMK, selaras dengan Rencana strategis jangka panjang tahun 2025 tentang pendidikan nasional, visi Indonesia diproyeksikan menjadi salah satu negara kejuruan (vokasi), tingkat besaran perbandingan atau rasio jumlah siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berkisar 30-70 persen.

Deskripsi Permasalahan

Optimalisasi Kemesraan hubungan yang terjalin antara SMK dan Industri

Secara harfiah, SMK merupakan sekolah kejuruan yang memberikan spesialisasi sesuai tuntutan pasar yang mendominasi dan berkelanjutan terutama kebutuhan dari DUDI (Dunia Kerja Dunia Industri). Jika dirasa renggang, proses PDKT sebaiknya dilakukan secara intens sehingga dalam proses penyusunan kurikulum, proses pembelajaran, prasarana-sarana, dan evaluasi kegiatan pembelajaran dapat efektif dan efisien. Ketidakefektifan ini berdampak, secara holistik, terhadap program Link and Match, yang notabene merupakan kunci keberhasilan pendidikan dan dunia kerja. Memang tidak mudah mencari pasangan, tapi memasangkan dengan kriteria yang mendekati sempurna (relevan dan representatif) dapat menjadi patokan dalam pemilihan pasangan. Hal ini yang mengakibatkan standarisasi pendidikan kejuruan masih belum bisa seragam (sama-sama masak tempe tapi ada yang rasanya enak tapi ada juga yang rasanya hambar).

Sebagai Pihak ketiga, Apa upaya pemerintah dalam menguatkan Kemesraan SMK-Industri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun